Sunday, November 16, 2014

I Am Weird

Call me weird
Call me geek
Call me nerd
Call me different
Because I am

Saya lagi menikmati secangkir kopi Papua dengan teknik pembuatan Rok Presso. Masih di sini, di Kopikina. Nggak bermaksud promosi, but this is the best place for you to spend your day. With or without anyone. But anyway, seringkali random things pop up di kepala saya secara abstrak nggak beraturan. Tiba-tiba saya berpikir, saya ini aneh.
Lahir sebagai seorang perempuan dari Ibu yang keturunan Jawa-Sunda. Beliau lahir di Jakarta dan tumbuh menjadi perempuan yang sangat hebat. Melawan penyakitnya selama bertahun tahun dengan berbagai cobaan hidup yang luar biasa. Ia menikah tahun 1985 bersama ayah saya. Seorang keturunan Jawa-Arab-India. Ayah saya memiliki jiwa seni yang tinggi terhadap musik dan karya sastra. Sangat filosofis dan kadang membingungkan. Tapi justru dari beliaulah keanehan saya ini muncul. Lebih aneh darinya dengan pemikiran yang kadang nggak saya pahami.
Saya suka merasa kalau ada dua orang di tubuh saya. Dua orang dengan jenis kelamin berbeda dan pemikiran yang kontradiktif. Yang membuat saya sendiri bingung harus memilih pemikiran yang mana. Satu sisi penuh dengan pemikiran kekinian dan lain sisi kejadulan tingkat dewa. Satu sisi yang ingin sama dengan banyak orang dan sisi lain yang selalu ingin menjadi berbeda. Tapi saya memilih untuk menjadi seseorang yang berbeda.
Saya lahir di tahun 1990, di mana teknologi belum seperti saat ini. Saya menikmati semua masa kecil saya yang cukup unik. Saya sudah masuk playgroup sejak 2.5 tahun karena hobi saya yang suka mengganggu murid-murid di tk dekat rumah. Keanehan saya juga muncul saat main ke rumah tetangga saya. Namanya Ibu Dadang.
Ada kolam ikan di rumahnya yang membuat saya kecil nyemplung ke dalam sana. Bukan hanya berenang dan mengejar ikan. Saya mengambil ikan koi dan memasukkan ke celana dalam saya. ANEH BANGET KAN?
Saya nggak tahu apa yang ada dipikiran saya waktu itu.
Dulu saya punya teman khayalan. Sebelum saya melanjutkan, maaf kalau alurnya berantakan. Saya lagi menulis sesuai dengan apa yang tiba tiba muncul di kepala saya. Randomly. But this is my blog anyway. :)
Oke, teman khayalan. Namanya David. Dia bisa terbang. Saya pernah melihatnya terbang di samping mobil saya. Waktu itu saya berusia 4 tahun. Saya duduk di belakang dan saat itu mobil lagi melaju di tol cikampek (rumah saya dulu di Pulogebang dan sekolah di kawasan Menteng. Jauh yess?). Tiba-tiba David muncul lagi terbang di samping kaca mobil. Tersenyum dan melambaikan tangan. Entah Ibu saya masih ingat atau nggak. Tapi saya teriak, "Ma, David terbang!". Seingat saya Ibu nggak menanggapi. Saya hanya membalas lambaian dan senyumannya. David baru menghilang saat saya SMP. Teman khayalan saya lama juga ya?
Seiring berjalannya waktu, saya juga punya kebiasaan aneh dulu. Saat marah atau sedih, saya memilih untuk melukai diri saya dengan pensil mekanik. Saya mengukir tangan saya. Masih ada bekasnya sampai sekarang. Saya membuat angka 8 romawi, segitiga, garis lurus, huruf 'N', dan masih banyak lagi. Tapi sekarang nggak lagi.
Saya percaya hal-hal aneh. Misalnya zombie. Saya percaya banget suatu hari mereka ada. Teman-teman saya sangat paham dengan yang satu ini. Kadang saya suka main zombie-zombian kalau lagi di tempat parkir atau mal yang mulai sepi. Saya ambil handphone saya dan menjadikannya senjata. WEIRD! Kegiatan ini masih sering saya lakukan di umur saya yang hampir 25 ini.
Saya sering banget in to it sama suatu hal. Kadang nggak selesai. Soalnya minat saya gampang banget berubah. Dulu, saya pengin banget jadi komikus. Gambar saya PERNAH bagus. Tapi saya tinggalkan itu semua. Saya pernah pengin jadi penulis buku puisi. Sudah sampai 100 halaman lebih. Sayang file nya corrupt dan nggak saya lanjutkan. Saya kesal! Lanjut saya pernah pengin bikin teenlit. Beberapa sudah saya tulis. Tapi nggak ada yang selesai. Sekarang saya lagi menggeluti kopi. Belum ada rasa bosan. Saya sangat suka dengan semua hal tentang kopi. Aroma, rasa, proses penyajian dan semuanya. Saya pengin mempelajarinya lebih baik. Saya mau punya cafe. Saya mau jadi barista. Saya mau menjelajah kopi Indonesia. Saya mau!
Saya pernah pengin jadi fashion blogger. Tapi masih malas karena belum berhasil kurus. Saya pikir, malas juga sih. Jadi nggak jadi. Sumpah tulisan kali ini sama sekali nggak berstruktur. Kayaknya judul tulisan ini harusnya ngalor ngidul deh.
Saya sering jatuh cinta. Cuma sehari, dua hari, seminggu dua minggu. Saya mudah berubah. Seperti menu makan contohnya. Pertama saya bisa bilang dengan yakin kalau saya mau soto pedas. Tiba-tiba saat sudah ingin pesan, saya bisa ganti pesanan jadi sate. Jauh banget kan?
Saya senang menjadi berbeda. Dengan pemikiran yang terlalu kemana mana sampai orang nggak mengerti lagi dengan jalan pikiran saya. Tiba tiba saya bisa menjadi sangat bijak. Di lain waktu saya jadi kekanak kanakan.
Tapi ketika saya yakin dengan pilihan saya, saya akan mengumbar ke semua orang. Sekalian bercerita semua keyakinan saya. Mencoba membuat orang lain mengerti dengan pemikiran saya. Walaupun nggak semua akan mengerti.
Hmm.. saya sangat kepo. Tingkat kepo saya melebihi batas normal. Kalau saya ingin tahu, saya akan melakukan apapun. Kalau saya penasaran sama seseorang, saya bisa cari tahu hal tentang dia tanpa ia memberi tahu saya.
Seperti saat sekarang. Ada seseorang yang tiba-tiba menghilang. Saya sudah cari tahu semuanya. Belum ketemu banyak hal, but i will. Saya akan terus cari sampai ketemu.

Call me crazy
Call me insane
Call me mad
Because I am..

Saya Shilla Dipo, ciao!

How Can I Forget?

It's not about love
It's not about memory
It's not about us
But how can I forget while you haven't say goodbye yet?

We just already prepared ourself to start
We just picked the book and pen
Tried to write a story about me and you
But you left me with this emptiness

It feels bitter
It has no sweetness
It is changing from happiness to be sadness

Did I do something wrong?
Or maybe it's just me
And my problem
While you laughing and don't feel the same way as I am

I just need you to answer
Not to fix it all
Just say a word
And I'll know what to do

I'll fix myself
from part by part
From piece by piece
To build myself as strong as before

Why should I found you?
For you who left a big question mark in my heart
Would you explain?

Saya Shilla Dipo, ciao!

Hati Bicara Part 1

Saya duduk persis di sudut waktu saya menunggunya. Kali ini saya ingin enyahkan semua obsesi saya tentang kopi. Semua tulisan sisi ceria hidup saya. Izinkan saya untuk mencurahkan bulatan rasa pahit yang mengganjal.
Beberapa minggu ini saya menjadi orang yang didatangi saat beberapa teman mengalami masalah. Curhatan mereka tentang pernikahan yang semakin dekat, perselingkuhan, keluarga dan banyak hal. Di saat saya merasa membutuhkan sandaran untu bercerita, saya tahu mereka pasti ada. Tapi saya tidak butuh itu semua saat ini. Saya butuh dia.
Kopikina. Sebuah tempat yang awalnya tidak saya perhitungkan. Saya pun malas untuk mampir ke kedai kopi dekat rumah saya. Hingga pembicaraan dengannya
mengarahkan saya ke tempat ini.

Soal lidah untuk kopi, aku selalu di Kopikina. Kamu tahu Kopikina?
Nope. Di mana itu?
Di Tebet. Dekat flyover menuju Kota Kasablanka. Tapi kamu jangan naik. Ambil jalur kiri. Kopikina ada di situ.
Oh, aku tahu! Okay, akan aku coba.

Tempat ini lah yang sekarang selalu menjadi tujuan saya di akhir pekan. Meluangkan waktu untuk sendiri, kadang bersama sahabat saya yang curhat. Tapi hari ini ada yang berbeda. Sebuah memori berputar kuat di dalam benak saya. Memori yang terjadi hari Senin, 3 November 2014 pukul 18.18. Mari kita putar waktu sejenak.

-------
Aku sampe. Kamu di mana?
What? Jadi? Kamu nggak ada kabar. Aku pikir nggak jadi
Jadi. Ini aku udah sampe. Jadi gimana?
Aku lagi anter bunda. Abis ini aku kesana. Maaf ya..

Saya duduk menunggunya. Bersama kopi Sipirok panas yang mencoba menenangkan saya. Menemani melewati waktu sekaligus mempersiapkan diri untuk bertemu seseorang yang belum pernah tatap muka secara langsung dengan saya. Kopi darat. Mungkin itu adalah istilah yang tepat.
Pikiran saya penuh dengan asumsi. Penuh dengan kekhawatiran. Penuh dengan prasangka yang membuat jantung ini bergerak cemas mengalirkan darah yang terlalu deras ke sekujur tubuh saya. Saya tidak tenang. Mempersiapkan semuanya agar tampak sempurna. Sebuah kado kecil di dalam plastik saya tempatkan di kursi yang akan didudukinya. Saya benahi agar tampak lebih cantik untuk seseorang yang baru pertama kali saya temui. Walaupun hasilnya seperti tak berubah dari posisi awal. Saya lap sepatu agar terlihat bersih. Merapikan tatanan rambut agar terlihat niat menemuinya. Menyemprotkan parfum dan menata barang di atas meja agar tak tampak serabutan. Hingga tak terasa sudah 3 jam saya menunggu kedatangannya. Dia belum muncul namun sudah diperjalanan menuju Kopikina. Hingga sebuah pesan masuk...

Aku di depan. Ramai banget ya. Mau pindah?
Kamu masuk aja dulu. Aku tunggu di dalam.
Kamu duduk di mana?
Cari aja yang duduk sendirian di meja pojok dekat kasir.

Dia masuk. Menggunakan baju hitam dan denim jacket. Tersenyum dan berjalan menghampiri. Saya balas senyumnya. Semua rasa terukir jadi satu. Lega, waswas sekaligus tak sabar untuk mendengar ia bercerita.

"Hai. Kita belum kenalan secara langsung, kan?" katanya membuka pembicaraan sambil mengulurkan tangan.
Saya menjabatnya. Saling mengucap nama dan sepersekian detik dalam keheningan.
"Itu untuk kamu," saya mencoba memecah keheningan sambil menunjukkan plastk kado untuknya.
Dia mengintip dan mengucapkan terima kasih sembari tersenyum.
"Ini untuk apa?" tanyanya
"Tadi aku liat dan kepikiran buat beliin kamu. Kamu pernah bilang kamu suka itu. Jadi aku beliin," jawabku.

Lalu pembicaraan hangat mulai terjadi. Kami banyak tertawa. Mulai memperlihatkan sisi sisi yang masih tersembunyi. Seolah itu bukan pertemuan pertama. Ia sering membuat saya malu. Membuat saya melihat pada tembok bata yang tentu tak berbicara. Keramaian suasana seolah menghening. Saya tak perduli. Pembicaraan hangat itu terus terjalin hingga pukul 01.00 dini hari. Kami memutuskan pulang.

Cukup dengan cipika cipiki singkat dan ia berlalu.

-----
Hari ini saya duduk di sisi yang sama. Menuliskan cerita tentangnya. Semua perasaan tercampur jadi satu. Deg-degan dan jantung bekerja lebih cepat memompa aliran darah dengan derasnya ke seluruh bagian tubuh saya. Saya menunggunya. Namun bukan untuk mendatangi saya. Saya menunggu kabarnya. 3 hari sudah ia menghilang. Tanpa kabar tanpa cerita.
Terakhir saya menghubunginya tanggal 13 lalu. Tak ada yang salah. Saya yakin tak ada yang salah. Kami masih tertawa dengan candaan khasnya yang memang selalu menggelitik. Bahkan senyum selalu ada saat mengingatnya. Saya tidak tahu di mana dia. Saya sudah melakukan yang tebaik untuk mencarinya, menghubunginya. Namun hingga detik ini dia tidak ada.
Di sudut yang sama, saya menunggunya dengan tidak pasti. Secepat itu semua berlalu. Secepat itu kebahagiaan yang baru saja mulai saya rasakan seolah hilang dengan sisa ampas getir yang tak larut dalam hati saya.
Sebagian yang membaca mungkin menertawakan dengan tingkat kegalauan saya yang pekat ini. Tapi coba bayangkan ketika kamu sudah membuka hati yang lama terkunci. Mencoba memulai sesuatu yang lama tak kau sentuh. Mengambil bibit yang lama kau cari. Saya telah membawa bibit ini. Mulai menggenggam dengan penuh harap untuk tumbuh subur. Saya ingin menanamnya. Merawatnya dengan siraman kasih sayang dan pupuk ketulusan. Namun sesampai di rumah, saya menyadari bibit kecil yang saya genggam terjatuh entah di mana. Tanpa petunjuk, tanpa isyarat. Ya saya kini sedang menyusuri jalanan yang saya lalui. Berharap menemukan bibit yang jatuh di antara batu batu di perjalanan.
Semoga saya bisa menemukannya. Saya takkan menjatuhkannya lagi. Pasti.

Untuk kamu dengan semua tawa yang masih membekas..

Saya Shilla Dipo, ciao...