Thursday, August 28, 2014

Bairy Octo: My Golden Retriever (part 2)

Wah, hari ini benar-benar juara! Bukan karena indah banget, tapi juara isengnya. Pagi ini saya sudah "dikerjai" oleh mika, vespa saya. Lagi enak melaju cepat tiba tiba saja mesin ngadat dan nggak mau menyala. Terpaksa saya tinggal dan naik ojeg. Anyway, di sini saya nggak mau bicara soal mika. Saya mau kembali bercerita tentang kesayangan saya, Bairy.

Terakhir saya bercerita bahwa Bairy, saya dan Dee akhirnya satu rumah. Yeay, saya punya rumah! It was not just a house but home for us. Mungkin bisa dibilang rumah itu rasanya seperti sweet escape. Saya bebas pulang jam berapa saja, punya anjing impian, dan tinggal bersama Dee. Dari dulu saya pengin bisa mengontrak bersama teman. Dan semua itu terwujud.

Selama di kontrakan, kenangan saya dan Bairy cukup banyak. Pernah waktu umurnya menginjak 7 bulan, saya marah besar dengannya. Waktu itu saya pulang kuliah. Tiba tiba saya dikagetkan oleh cerita tetangga saya. Katanya, Bairy menggigit seekor anak kucing sampai mati. Wah, saya benar-benar memarahinya. Sepertinya dia paham betul akan kemarahan saya, deh. Karena sejak saat itu, dia nggak pernah galak lagi sama kucing. Bahkan sekarang, saya sering melihatnya makan romantis sepiring berdua dengan kucing di sekitar rumah. Kadang malah threesome. Benar benar anjing yang aneh.

Oh iya, Bairy itu paling takut sama gelap, suara petasan, suara bedug, suara galon, dan hujan. Pernah pada suatu hari, Dee lagi ke Lampung. Saya berdua dengan Bairy. Dia di halaman dan saya di kamar. Tiba tiba saja mati lampu! Wah, saya paling nggak bisa tidur deh, kalau mati lampu. Saya pun takut gelap kalau sendirian. Akhirnya saya ajak Bairy masuk. Dia langsung naik ke atas sofa. Saya ikut duduk di atas sofa. Bodohnya, Bairy nangis. Padahal umurnya sudah 1 tahun. Saya memeluknya karena takut juga. Akhirnya, saya dan Bairy tidur di ruang tamu berdua. Meski kami sama sama takut, tapi tetap saling melindungi kan?

Meskipun Bairy seekor anjing, tapi dia pun punya etika kalau mengambil makanan. Waktu itu, saya lagi makan. Rencananya saya mau makan saat Bairy sedang makan. Salahnya, saya menaruh piring di lantai. Padahal Bairy sedang ada di situ juga, makan makanannya. Saya tinggal sebentar untuk mengambil minum. Oh iya, menu makanan saya waktu itu adalah ayam, tahu dan tempe. Pas saya balik, saya menyadari tahu saya ilang. Saya langsung melihat ke arah Bairy. Dia lagi makan tahu saya. Saya tertawa dan mengelusnya sambil bilang, "baik banget sih, ngambilnya tahu, bukan ayamnya." Padahal logikanya, anjing akan mengambil ayamnya dong. Itu lah Bairy. Si anjing sopan.

Buat saya, Bairy juga bijaksana. Setiap saya curhat, ia selalu mendengarkan saya. Ia duduk di hadapan saya. Mendengarkan semua cerita saya, bahkan saat saya menangis. Lalu setelah selesai bercerita, ia pasti meletakkan tangannya ke paha saya. Nggak jarang ia berusaha mencium jidat saya lho. Ingat, bukan menjilat. Mungkin Bairy tahu saya orang Muslim. Dia nggak pernah menjilat, hanya mencium. Bijaksana, kan? Tanpa bicara (kalau bicara serem sih) dia bisa menenangkan saya. Dengan caranya, ia seolah bilang, "easy, everything will be okay."

Selama saya di Jatinangor, Bairy juga sering iseng, lho. Contohnya, saya dan Dee sedang tiduran berdua di kamar. Ketawa-ketawa atau sekedar ngobrol banyak hal. Dia bisa tiba-tiba masuk dan tiduran di antara saya dan Dee. Seolah ingin ikut dilibatkan. Pernah juga Dee lagi mencari sweater Zara barunya. Sayangnya, saya menemukan itu saat sedang dikubur oleh Bairy. Senangnya, Dee pun nggak marah. Ia tahu kalau Bairy nggak ngerti kalau Zara itu mahal. Dia hanya iseng. Saya dan Dee hanya tertawa melihat tingkahnya.

Bagi saya, Bairy itu tampan. Dia nggak besar seperti anjing Golden Retriever jantan lainnya. Wajahnya juga lembut dan sama sekali nggak galak. Matanya penuh kasih sayang. Ia selalu seperti anak anak. He will never be a "man". He always be my boy. Mungkin ini yang membuat semua orang sayang Bairy. Buktinya, ia dibelikan dasi oleh Mami, mamanya Dee. Dan mama saya sering berfoto dengannya. Seperti foto di bawah ini. He is so handsome right? Yeah, he is my kid..


Balik lagi nih, ke aksi isengnya. Waktu itu saya sedang jalan sore bersama Bairy. Nah, di dekat rumah saya itu ada tanah kosong. Makanya, saya dan Bairy main di sana. Saya sengaja melepasnya agar ia bisa berlari bebas. Karena di Jatinangor sering ada kerbau, Bairy jadi sok akrab mungkin. Dia mendekati anak kerbau sambil menggonggonginya. Saya berdiri dan mulai memanggil Bairy untuk menjauhi si kerbau. Tapi telat. Bairy berlari kencang menuju saya sambil dikejar kerbau! Hasilnya, saya pun ikut lari. Berhubung saya gendut, jadi lah lari saya lambat. Bairy menyusul saya dan segera masuk pagar rumah. Sementara saya berusaha untuk nggak diseruduk kerbau. Untungnya saya masuk rumah tepat waktu. Kami berhasil lolos dari kerbau. Hah bodoh banget!

Karena banyak hal, saya harus berhenti mengontrak. Saya akhirnya kos di Betang Asri bersama Bairy. Sayang, dia harus diikat dan diletakkan di belakang. Seminggu pertama, ia selalu menangis dan menggonggong. Saya selalu ditegur penjaga kosan. Ini membuat saya selalu memarahi Bairy. Tapi saya rasa itu harus dilakukan walau saya nggak mau. Setelah memarahinya, muka Bairy pasti terlihat ketakutan dan sedih. Makanya, saya selalu nangis di kamar setelah marah. Saya merasa gagal menjadi sahabatnya. Saya sedih banget. Pernah suatu hari, sekitar jam 2 pagi, saya ke belakang untuk membawa Bairy ke kamar. Kami pun tidur bareng. Jam 5, saya akan mengembalikannya ke belakang supaya nggak ketahuan penjaga kos. Lumayan berhasil, sampai akhirnya ada kebijaksn dari kos kosan bahwa seluruh penghuni kos nggak boleh memelihara anjing. Terpaksa, saya harus berpisah dengan Bairy. Saya membawanya ke Jakarta. Bairy di rawat di rumah. Lega karena ia nggak lagi harus diikat, sedih karena kami harus berpisah.

Saat di Jakarta, ia menjadi kurus. Bulunya pun rontok. Sedih banget, tapi saya nggak bisa banyak berbuat. Tiap saya mau balik dari Jakarta ke Jatinangor, saya selalu sedih. Soalnya, tiap saya mau memasukkan barang barang ke dalam mobil, pasti ia berpikir kalau saya akan mengajaknya. Buntutnya bergerak senang. Sampai akhirnya saya pergi, saya selalu mendengar gonggongannya. Padahal saya sudah jalan. Kadang saya nangis di mobil. Saya mellow banget kalau sama Bairy.

Tapi untungnya, meskipun banyak hal yang seolah berusaha memisahkan saya dan Bairy, kami tetap bersama sampai sekarang. Sedih sih, karena saya makin susah menemukan quality time sama Bairy. Apalagi saya sudah sibuk kerja. Tapi saya senang, ia tetap menyayangi saya. Setiap saya datang, ia selalu menyambut dengan senyumnya. Nggak percaya Bairy bisa senyum? Nih fotinya... 


Oh iya, ada satu hal yang terlewat. Bairy itu nggak pernah galak sama anak kecil. Waktu itu saya lagi di rumah kontrakkan. Saya mengintip keluar dari dalam rumah. Pemandangan yang lucu banget. Bairy berdiri di depan pagar. Di luar pagar ada anak kecil lagi digendong ibunya. Si ibu ini meleng dan nggak melihat kalau Bairy sedang menciumi anaknya yang masih berusia 1tahun itu. Meskipun anak itu memukul mukul Bairy, Bairy tetap nggak menggonggong lho. Oh iya, moment Bairy dan anak kecil juga terjadi saat keponakan saya yang berumur 2 tahun tiba tiba lompat ke bagasi mobil (dulu mobil saya Honda CRV, jadi nggak ada sekat antara kursi penumpang dengan bagasi. Di bagasi itu ada Bairy lagi berdiri santai. Keponakan saya yang di bagasi, nggak bisa saya ambil. Keponakan saya ini gemes banget sama Bairy. Ia menciumi dan menjambak bulu Bairy. Tapi Bairy nggak marah. Bairy itu teman bagi anak kecil. Dia baik dan penyayang, kan. Oh iya, ini foto Bairy dan Daffa, keponakan saya.

 
Lucu banget kan? Ini foto yang paling saya suka. Bairy knows how to treat a kid.

Intinya, saya senang dan lega karena di usianya yang hampir 6 tahun, Bairy masih bersama saya. Sedihnya, ia mulai tua. Ia sudah susah berdiri untuk mengambil makanan. Ia juga lemah jantung dan pencernaanya sangat sensitif. Saya nggak tahu apa yang akan terjadi kalau usia Bairy terhenti. Entah apa yang terjadi. Wah, membayangkannya saja saya menangis. Saya hanya berharap ia selalu sehat dan bahagia. Saya juga berjanji untuk punya waktu lebih banyak untuknya. Yup, i promise!

Saya akan selalu menjaga dan menyayangi Bairy selagi ia masih ada. I love him so much.

Ps: boleh lho kalo ada yang mau kasih Bairy kado. Tanggal 20 Oktober nanti Bairy ulang tahun. Aku kasih apa ya? Kalau ada yang mau kasih hadiah atau punya ide untuk hadiahnya, kasih tahu saya ya.. Oke deh, saatnya saya tidur. Good night you, good night world, good night my baby bairy. You will always be a baby from me. 

Saya Shilla Dipo, ciao!

Sunday, August 24, 2014

Bairy Octo: My Golden Retriever (part 1)

Berawal dari kesukaan saya dengan film Air Bud,  dari kecil saya bermimpi untuk punya anjing dalam film tersebut. Tapi dulu, anjing saya adalah pomeranian dan pernah punya anjing kampung juga, yang akhirnya dikasih ke tukang sampah tanpa sepengetahuan saya. Sebal deh waktu itu. Walaupun dia anjing kampung, tapi sumpah, dia sayang banget sama saya. Maaf ya Collin.

Okay, lanjut ke mimpi saya punya Golden Retriever. Seperti yang saya bilang di blog yang berjudul Oh Jatinangor, saya akhirnya punya anjing ras ini atas dasar kenekatan saya. Begini ceritanya...

Dulu, waktu saya ngekos di Rumah Kuning, saya sering banget menghabiskan waktu dengan salah satu sahabat saya, Rizki Nindya Utami alias Dee. Dia suka banget sama anjing, tapi nggak pernah punya kesempatan untuk punya. Berawal dari iseng menunjukkan iklan iklan jual anjing, akhirnya saya dan dia jadi pengin banget punya anjing. Tadinya Dee mengusulkan untuk punya anjing kecil. Tapi saya benar benar pengin punya Golden Retriever. Susah banget untuk menemukan yang cocok. Sampai ada sebuah iklan di situs www.tokobagus.com (sekarang www.oxl.co.id) yang menawarkan anak anjing Golden Retriever, jantan, DOB 20 Oktober 2008, warna golden. Saya masih ingat, anak anjing Golden ini sedang menyusup di semak semak. Sungguh tampak bodoh. Setelah menghubungi si pemasang iklan, akhirnya saya dan Dee memutuskan untuk melihat langsung di daerah Bekasi Timur. Setelah menyewa mobil, saya dan Dee menuju Bekasi Timur.

Butuh waktu untuk menemukan alamat si penjual. Begitu sampai, saya dan Dee langsung disambut oleh suara gonggongan kecil. Ternyata, itulah anak anjing yang saya lihat di foto. Tampak kurus, tapi menggemaskan. Anjing ini mengendus saya dan Dee, lalu ia pergi mengambil bola tennis. Saat melihatnya, saya yakin, anjing ini untuk saya. Yup, sepertinya saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa banyak babibu, saya membelinya. Anjing itu duduk canggung di kursi belakang. Sesekali saya mendengar suara tangisnya. Mungkin masih asing kali ya. Nah, kata si penjual, anak anjing bernama Barry ini, suka sekali sozzis. Untuk membuatnya nyaman, saya belikan sozzis. Saya lettakan di belakang dan Barry nggak mengendusnya sedikit pun. Dee yang saat itu masih agak takut anak anjing, mencoba memangku Barry dan menyuapinya sozzis. Perlahan, ia pun memakannya.

Pintarnya Barry ini sudah terlihat saat tiba tiba ia lompat ke pangkuan saya yang lagi nyetir. Karena kaget, saya pun nabrak pembatas jalan di kawasan MT Haryono. Saya kesal dan langsung berhenti di kiri jalan untuk melihat body mobil. Penyok! Untung saja setelah saya pukul dari bagian dalam ban, penyok itu hilang. Kekuatan saya setara dengan ketok magic sepertinya. Nah, pas saya masuk ke mobil, tiba tiba saja Barry memberikan kaki kanan depannya seolah minta maaf. Dia anjing pintar!

Di perjalanan, saya dan Dee memikirkan nama baru untuknya. Setelah dipikir pikir, akhirnya kami tetap menggunakan nama Barry. Bedanya, tulisan Barry diganti menjadi Bairy. Supaya jarang dan nggak ada yang menyamainya. Karena ia lahir di bulan Oktober, saya beri ia nama Bairy Octo. Sebenarnya saya menambahkan nama Dipodiputro, tapi itu nama keluarga saya. Takut aja ada yang nggak terima. Tapi buat saya, nama panjang Bairy adalah Bairy Octo Dipodiputro. Oh iya, saya resmi menjadi sahabatnya pada tanggal 5 Januari 2009. Ini dia foto Bairy kecil yang saya punya...


Iya, itu Bairy saat usianya 2.5 bulan. Lucu, kan? Keberadaannya di hidup saya membuat saya malas kuliah saat itu. Soalnya, setiap saya kuliah, dia pasti menggonggong dan nangis. Saya kan, nggak tega. Pernah nih, pada suatu hari, saya meninggalkannya kuliah. Saat saya pulang, Bairy menghilang. Wah, saya panik bukan main. Setelah mencari cari, saya mendengar tangisan kecilnya. Ternyata dia ada di dalam kamar mandi! Sepertinya dia iseng, masuk ke kamar mandi. Karena ada angin, pintu kamar mandi ketutup. Jadilah ia terkunci di dalam. Hahaha.. Bodoh.

Selain tangisannya, kemalasan saya masuk kuliah juga disebabkan susah tidur saat malam hari. Soalnya, waktu Bairy kecil, dia sering sekali tidur. Jadi, saat malam datang, dia justru aktif. Pernah nih, suatu malam saya dengar ia menggonggong. Hanya suaranya, karena saya nggak melihat dia ada dimana. Ternyata dia terjebak di bawah kasur. Bisa masuk, tapi nggak bisa keluar. Belum lagi kegemarannya membawa panci makannya. Sunggu ribut. Soalnya ia kesusahan menggigit panci itu. Jadi berkali kali jatuh dan suaranya berisik.

Saat usianya 4bulan, saya dan Dee sadar kalau Bairy nggak mungkin terus tinggal 1 kamar dengan saya. Ia semakin besar. Saya pun sudah diminta untuk keluar kosan oleh si penjaga. Ia, saya diusir. Haha.. Akhirnya saya dan Dee memutuskan untuk mencari kontrakan. Saya resmi pindah di bulan Mei. Senang rasanya Bairy punya tempat tinggal yang lebih layak.

Masih banyak cerita saya dengan Bairy. Tapi untuk sekarang, cukup sampai di sini dulu. Pasti akan saya lanjutkan segera. Kalau dulu saya punya quote, "he'll never know how much we love him" sepertinya sekarang saya punya quote baru. "I will never know, how much he loves me." Because a dog loves his master more than he loves his self.. :')

I love you, Bairy..

Saya Shilla Dipo, ciao!

This activity would never be done: DIET (part 3)

Semalam saya ngantuk sekali. Soalnya baru sampai rumah sekitar jam 00.30. Rasanya lemas badan saya. Pagi ini saya bersiap untuk nge gym. It is not a part for being smaller but for being healthier. *yearight*.

Okay, setelah saya ngegym, mari dilanjutkan. Sampai di mana ya kemarin? Kalau nggak salah saya lulus kuliah. Iya, saya coba nggak makan nasi. Selalu makan sayur, say goodbye to nasi padang, nasi gudeg, indomie, sop kambing, dan lain lain. Saat itu saya turun beratnya, dari 118kg menjadi 101kg. Saya melakukannya selama 6 bulanan. Hebat, kan? Hahaha...

Tapi masuk menjadi salah satu redaki di Majalah GADIS bikin diet saya sungguh berantakan. Masalahnya, saya masuk setelah Lebaran. Banyak banget makanan di kantor. Kiriman dari si A, B dan C. Belum lagi waktu Majalah GADIS ulang tahun pada bulan November. Makanan yang menggunung membuat lemak ditubuh saya ikut menggunung. Zut, berat saya kembali meroket hingga 114kg kalau tidak salah. Banyak banget celana yang menyempit. Sedih rasanya. Diet saya 6 bulan itu sepertinya benar-benar nggak berguna.

Makanya, sekarang saya memulai lagi. Setelah 2 minggu menjalani diet sop, berat saya nggak kunjung turun. Sedih banget, lho. Biasanya diet ini paling manjur. Atau mungkin sudah nggak cocok, ya. Nah, di minggu ke-3 ini, saya sedang menjalani program baru. Saya mengganti asupan nasi dengan oatmeal. Menurut 2 orang teman saya, Leoni dan Anne, diet ini cukup ampuh. Okay, saya akan mulai mencobanya besok. Tapi diet saya agak lebih ekstrim. Selain mengganti asupan nasi dengan oatmeal, saya juga menghindari gorengan, santan, dan garam.

Meskipun nggak mungkin bisa 100% lepas dari 3 jenis makanan ini, tapi saya akan mengurangi dalam jumlah banyak. Jadi, dalam seminggu, mungkin gorengan akan masuk ke perut saya tiap hari Minggu. Tetap harus ada cheating day dalam seminggu kan?

Oh iya, bagi yang mau mencoba cara diet saya, mungkin bisa saya share di sini cara memasak rebusan supaya lebih enak.

Ayam rebus
Siapkan:
1/2 dada ayam tanpa tulang
Jahe
Merica
Cara memasak:
Masak air hingga mendidih. Smack jahe dan masukkan ke dalam air tersebut. Masukkan ayam, dan beri merica secukupnya. Tutup panci agar aroma jahe meresap ke daging ayam. Tusuk ayam untuk mengetahui apakah ayam sudah benar matang atau belum. Ganti air untuk merebus ayam agar lemak dari ayam benar-benar terbuang. Didihkan lagi airnya. Setelah selesai, buang air untuk merebus ayam. Letakkan ayam di piring. Ayam rebus tanpa garam, siap disantap.

Tahu atau Tempe
Siapkan:
Tahu atau tempe
Lengkuas
Laos
Serai
Cara Memasak:
Masak air hingga mendidih. Smack lengkuas, laos, dan serai. Masukkan ke dalam air mendidih. Masukkan tahu dan tempe. Tutup panci agar aroma bumbu meresap. Saring air, dan tahu tempe siap disajikkan dan tentunya di makan.

Supaya lebih mudah, beli oatmeal yang diseduh, bukan dimasak. Jadi, cukup campurkan oatmeal dengan air panas saja. Jangan tambahkan susu ataupun gula ya. Rasa lauknya sudah cukup menghilangkan raa hambar oatmeal kok.

Oh iya, jangan lupa minum banyak air putih, olahraga, dan dalam satu minggu, pilih hari untuk minum susu non fat. Untuk olahraga, perbanyak cardio agar lemak dan air di tubuh berkurang. Kalau mau latihan beban, lakukan secara perlahan, ya. Kata PT saya dulu di Celfit sih, cara pelan pelan ini lebih optimal untuk membakar lemak.

Saya baru mau mencoba ini besok. Kalau ada perubahan dari tubuh saya, pasti saya akan follow up, kok.

Dan begitulah proes diet saya. Semoga kali ini saya bisa berhasil ya.. Saya kangen banget punya berat 2 digit. Hehe..

Oh iya, untuk memotivasi, saya punya quote entah dari siapa.
"If you keep doing this, you won't regret. If you stop it, you will." -Unknown

Saya Shilla Dipo, ciao!

Friday, August 22, 2014

This Activity Would Never Be Done: DIET (part 2)

Masih bicara hal yang sama dengan sebelumnya. Hal yang saya lakukan lebih dari separuh hidup saya, DIET. Setelah melihat effort saya di masa SD dan SMP, saya akan coba memaparkan dengan jelas diet saya di masa SMA, kuliah dan sekarang. Saya masih ingat berat saya waktu kelas 1 SMA. Waktu itu kalau tidak salah jarum timbangan menunjukkan angka 78kg. Tetap gendut tapi jauh lebih mending dari yang sekarang. Kayaknya saya nggak diet deh, saat itu. Dan ternyata betul lho, bahagia berbanding lurus sama berat badan. Semakin kita bahagia, semakin banyak makan. Atau itu cuma saya ya? Kayaknya sih, gitu. Tapi itu berlaku banget buat saya yang waktu itu nggak mikir diet. Walhasil di kelas 2 timbangan saya naik drastis ke angka 90an. Banyak banget naiknya. Dan kebahagian saya semakin bertambah di saat itu. Semester 2, saya memasuki 3 digit di timbangan. Seperti film dalmatian, 101. Di masa SMA ini diet saya sangat angot angotan. Sebentar diet, turun 5kg, naik 10kg. Bikin saya nggak mau liat timbangan. Kayaknya itu jadi musuh saya deh.

Angka timbangan yang nggak pernsh saya kontrol bikin saya makin gila di kelas 3. Dengan dalih mau ujian dan butuh konsentrasi tinggi, saya nggak mau membiarkan perut saya lapar. Walhasil, begini jadwal makan saya:
Breakfast:
Sarapan di rumah. Bisa nasi, cereal, roti, mie dll.
Snack (istirahay pertama):
Gorengan atau kebab atau crepes
Lunch (istirahat kedua):
Nasi dan lauk lengkap atau mie ayam
Snack (pulang sekolah):
Indomie atau burger
Dinner (istirahat les bimbingan belajar):
Nasi
Late dinner (sampai rumah):
Gadoin lauk. Mulai dari ayam, sayur, dll.

Tuh, bisa dihitung berapa kali saya makan dalam sehari. INSANE! Perut saya kayak nggak pernah kenyang. Lapar lapar lapar dan lapar. Tahu nggak apa yang terjadi? Timbangan saya......mencapai...... SERATUS TIGA PULUH DUA kilogram!!! Setara dengan berat 1kwintal beras ditambah anak SD kelas 3 atau 4. Sakit jiwa! Wah, kalau ingat bentuk saya saat itu....abstrak, nggak berbentuk.

Libur berbulan bulan sebelum masuk kuliah, saya pakai untuk diet. Saya olahraga setiap pagi. Melakukan diet dengan burn fat soup. Resepnya dari dokter, maaf nggak bisa saya bagi di sini resepnya. Tapi intinya, sup ini tanpa garam dan nggak enak. Bosan dan bikin jenuh. Tapi gambarannya, begini menunya:
Hari pertama
Sup dan buah
Hari kedua
Sup, sayur hijau, kentang bakar atau rebus
Hari ketiga
Sup, sayur dan buah
Hari keempat
Sup, sayur, buah, susu
Hari kelima
Sup, sayur, daging
Hari keenam
Sup, tomat, daging
Hari ketujuh
Sup, nasi merah, sayur, buah.

Dan dengan ini, saya turun 11kg dalam waktu 2 minggu saja. Keren kan? Tapi sumpah, diet ini sangat susah. Kalau nggak kuat, lambung bisa sakit, jantung berdegup, dan kepala pusing. Berujung pada kondisi lemah dan lemas pada tubuh. Tante saya saja, cuma kuat 3 hari! Hh hidup saat itu saya rasa sangat berat, meski nggak seberat tubuh saya, sih. Sampai lah berat saya di 123 kg saat itu. Angka itu bertahan hingga peristiwa naas diawal kuliah, membuat saya semakin kurus.

Seperti yang saya bilang, saya kuliah di Jatinangor dengan makanan nggak sehat dan membuat saya terserang diare berkali kali. Selain itu, benar deh, sedih itu biss bikin kurus. Hal naas pun terjadi. Saya putus dengan pacar saya. 61 bulan saya dan dia bersama. Berakhir karena......intinya ditunggal nikah, lah. Rasa sakit itu membuat saya turun hingga di angka 108kg. Benar kan, tingkat kebahagiaan itu berbanding lurus dengan berat badan. Saat kebahagiaan menurun, timbangan saya pun menurun. Semua ada hikmahnya.

Di kuliah, kembali saya melakukan diet sop. Hasilnya gagal. Selalu melanggar. Singkat cerita, saya lulus dengan berat 125kg. GILA KAN? Ya tapi itu lah yang terjadi. Tapi saya menemukan motivasi lagi untuk kurus pada saat itu. Gossipnya, orang gendut susah cari kerja. Selain masalah penampilsn yang kurang oke, biaya kesehatan sepertinya bisa membuat perusahaan rugi deh, kalau untuk orang gendut. Makanya, lagi lagi saya diet.

Mungkin lanjut di part 3 nih. Besok saya akan lanjutkan lagi. Dari bagian kedua, saya menyimpukkan kalau kebahagian berbanding lurus sama berat badan. Itu saja, lah.

Oksy kalau gitu, saya pamit.

Saya Shilla Dipo, ciao!

Wednesday, August 20, 2014

This activity would never be done: DIET (part 1)

Let's talk about diet. 4 huruf, 1 kata, dan bikin mati. Dari katanya saja, DIET, jelas tertulis DIE! Saat menjalankannya benar-benar bikin mau mati. Atau mungkin saya yang salah? Tapi sebelum men-judge saya, yuk, coba tengok kegiatan yang saya lakukan bertahun tahun ini.

Saya mulai gendut sejak SD. Bukan, badan saya nggak gendut yang semok alias seksi dan montok. Gendut saya itu ya G-E-N-D-U-T dalam arti yang sebenarnya. Ibarat sepak bola, saya pasti selalu di priwitin sama wasit, offside! Saya nggak menghina diri sendiri. Hanya sadar diri dan bicara jujur sejujur jujurnya. Bicara sesuai dengan realita yang ada, tanpa bumbu dramatisir. Dengan tinggi 165cm, seharusnya berat 70 pun saya yakin masih terlihat bagus. Tapi sayang, berat saya itu saat ini adalah 70 ditambah beras 20kg ditambah 15 kg. Silahkan bagi yang gemar menghitung untuk menemukan hasilnya. Itulah berat saya. Berat, kan? Jelas!

Balik lagi di jaman SD. Untuk ukuran SD, berat saya sudah melampaui batas pada waktu itu. Karena itu, ibu saya, yang nggak gendut sama sekali, membawa saya ke ahli gizi di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Saya masih ingat menu makanan saya pada saat itu. Saya akan paparkan, siapa tahu ada yang minat untuk menjalankannya.
Breakfast:
Selembar roti panggang dan secangkir teh atau kopi tanpa gula, tanpa susu.
Snack:
1 buah apel
Lunch:
Setengah porsi nasi, sayur, dan protein (jangan goreng gorengan)
Snack:
1 buah pisang
Dinner:
1/4 porsi nasi dan sayur.

Nggak lupa si dokter juga memberi saya obat sebesar ujung ballpoint (bagian belakangnya). Saya masih ingat, kapsul itu berwarna orange.

Itu saya lakukan waktu berat saya 60kg dan duduk di kelas 5 SD. Berat kan untuk ukuran anak SD? Banget! Saya menjalani itu sekitar setengah tahun. Hasilnya, gagal total. Bukan karena salah si dokter, melainkan saya sendiri. Gimana nggak, sebagai anak SD, jajanan SD adalah hal yang paling ditunggu saat pulang sekolah. Mulai dari kue cubit, laba-laba, gorengan, telor SD, macaroni SD, es es an, sampai nasi goreng kambing dan mie ayam SD saya yang enak banget! Tentu, saya tergoda. Apalagi waktu SD, saya juga banyak kegiatan. Ekskul, berenang, les, dan banyak lagi. Ekskul saya saja nggak cuma satu. Jadi sambil nunggu dari jam pulang sekolah ke jam ekskul, apalagi yang bisa saya lakukan selain makan siang, kan. Yah, kadang main bentengan, sih. Tapi makan tetap yang utama. Jadi iya, setengah tahun saya, dan uang orang tua saya, terbuang percuma.

Lanjut ke SMP nih.. Masa puber itu memang masa yang sucks banget bagi orang gendut. Tiap mau datang bulan, nafsu makan saya yang seperti babi ini, bisa bertambah seperti nafsu makan panda. Banyak banget! Tiap ditanya, alasan PMS menjadi gacoan saya. Apalagi, saat kelas satu dulu, di depan saya ada jualan kentang bumbu. Endes ngets. Waktu itu saya lagi keranjingan dengan minuman  bersoda. Soalnya, saya sekolah siang dan untuk menuju sekolah, saya biasanya berjalan kaki. Otomatis panasnya suhu Jakarta di siang hari itu bikin saya haus berlebih. Sebotol coke ditambah camilan kentang bumbu sungguh menggoda, kan. Nah, saat ini lah saya menjalani terapi akupuntur. Setiap seminggu 2 kali, jarum-jarum itu menusuk di telinga, perut, dan tangan. Lalu aliran listrik pun menyengat tubuh saya. Pantangan makannya adalah nggak boleh soda, gorengan, dan junk food. Sumpah, susah banget. Di saat ini juga saya punya pacar yang tambun. Hobby dia mengajak saya makan wendy's, KFC, dan Pizza Hut. Menurut nganaaaa?! Hasilnya kacau.. Saya tetap nggak bisa menjalani dengan tekun. Untung saya dibantu dengan kegiatan di ekskul Paskibra yang membuat berat badan saya stabil di angka 70an. Itu pun berat untuk ukuran anak SMP.

Sebelum lanjut ke bagian SMA, kuliah, hingga bekerja sekarang ini, ada satu kesimpulan sementara. Mungkin namanya hipotesis, ya. Kalau untuk anak kecil dan ABG, disiplin diet itu sungguhlah sulit. Aktivitas yang banyak bikin perut gampang lapar. Jadilah kegendutan dan membuat badan tak berlekuk dan bersudut. Kayaknya, memperbanyak aktivitas adalah jalan satu satunya untuk membantu diet ABG, deh. Jangan kebanyakan golar goler saja kalau weekend. Mungkin ada baiknya mengajak berenang, main basket, atau memperbanyak berlarian. Sayang, dulu saya nggak melakukannya.

Okay, lanjut di part 2 ya.. Saya ngantuk setelah liputan di Street Ramyun di mana saya menghabiskan 1 panci Ramyun. Kenyang dan senang.. Okay, selamat tidur!

Saya Shilla Dipo, ciao!

Monday, August 18, 2014

Oh Jatinangor

Saya sudah sempat cerita kan, di mana saya bekerja? Iya, saya adalah seorang redaksi majalah remaja, Majalah GADIS. Jauh sebelum saya bekerja di sini, saya pernah menjadi anak SMA yang bingung harus kuliah di mana. Perjuangan saya nemuin tempat kuliah yang cocok itu lama, lho. Berawal dari keinginan saya untuk kuliah di luar kota. Waktu itu ibu saya nggak mengijinkan. Iya, dia khawatir berlebih. Kayaknya banyak deh, ibu-ibu di luar sana yang mengalami hal seperti ibu saya saat anaknya lulus SMA. Setelah nama-nama universitas yang saya inginkan keluar, satu-satunya yang diperbolehkan adalah ITB. Tapi nekat, saya juga mengisi formulir tes masuk UNPAD. Toh sama sama di Bandung, pikir saya waktu itu.

Singkat cerita, otak saya sepertinya nggak cocok di ITB dan membuat saya nggak diterima di semua fakultas yang diinginkan. Nasib! Tapi di UNPAD, saya justru masuk. Yup, saya resmi jadi mahasiswi Universitas Padjadjaran di Jurusan Hubungan Internasional. Saya nggak pernah menyangka kalau kampus untuk jurusan HI berada di sebuah kecamatan kecil di daerah pinggir Bandung, Jatinangor. Pertama kali melihat Jatinangor, otak saya dipenuhi sebuah pertanyaan, "sanggupkah gue tinggal di sini?" Karena di sana nggak ada hiburan, berdebu, kotor, pokoknya nggak banget, deh. Tapi ternyata benar, don't judge the book by its cover.

Tahun pertama saya habiskan di Kosan Kuning. Letaknya di Kampung Geulis. Lingkungannya asri banget.. Kanan kiri dipenuhi pohon dan setiap jalan kaki di pagi hari, suara jangkrik selalu menemani langkah saya menuju kampus. Sejuknya udara di sepanjang jalan membuat rasa lelah hilang. Tapi jangan harap ketenangan yang sama bakal dirasakan di malam hari. Seram! Sampai sampai, tukang ojeg saja selalu mengulang lokasi tujuan saya. Nah, salah satu tukang ojeg bilang, "Kampung Geulis teh dulunya ada sekolahan. Terusna sekolahan eta kebakar. Aya 2 korban, guru na 1 murid na 1. Dua duanya awewe geulis pisan. Sejak itu, namina Kampung Geulis. Aya demit na diditu mah." Entah benar atau nggak. Seram sihhhh....

Beberapa kali saya pindah tempat tinggal. Memang, selalu ada kejadian seram. Beberapa pernah saya post di blog saya sebelumnya. Tapi dibalik keseraman itu, Jatinangor menyimpan banyak kenangan manis. Dulu, saya pernah lho, makan indomie dengan cara makan seperti mie kremes. Karena saya nggak ada uang dan kebetulan gas lagi habis. Saya juga pernah makan nasi pakai kuah sop, taro pakai nasi, nasi dan perkedel saja, hingga ngutang sampai Rp 500.000! Tapi alhamdulillah sudah lunas kok. Karena di Jatinangor juga, saya punya kenekatan untuk memelihara seekor anjing. Namanya Bairy. Banyak banget hal yang saya lewati bersamanya. Bahkan, saat uang kiriman belum ada, saya pernah beli nasi ayam suir dan makannya bagi 2 sama Bairy. Hahaha... Susah senang kita lewati bersama.

Saya akan cerita Bairy di tulisan saya selanjutnya. Sekarang, saya mau fokus dengan Jatinangor. Di kecamatan itu pula saya pernah mengalami mati listrik 24 jam, hujan hujanan naik motor, makan bubur kacang hijau jam 3 pagi, begadang sampai jam setengah 6 pagi, bahkan tidur di mobil karena mati lampu. Wah, terlalu banyak kenangan di Jatinangor. Oh iya, di sana saya juga pernah jualan risol isi carbonara. Enak banget! Hehehe.. Walaupun awalnya saya dan partner saya butuh waktu 12 jam untuk membuatnya, tapi semua kita jalanin dengan happy.

Di kecamatan itu juga saya bertemu dengan orang orang hebat. Dan tentunya, keluarga baru. Rizki Nindya Utami, Oky Rachmawati, Dhita Dwi Phangestika, Luki Ardiyanto, Juliansah Tri Darta, dan Radityo Egy Tiandono. Mereka semua adalah orang orang yang membawa saya pada perubahan yang jauh lebih baik. Sampai sekarang, ya, mereka masih keluarga saya. Saya menganggap mereka seperti "rumah" bagi saya. Terima kasih Jatinangor telah mempertemukan kami. Kami melalui banyak hal bersama di sana. Terlalu banyak sampai saya nggak bisa menceritakannya satu satu.

Oh iya, beberapa fakta lucu dan gila tentang Jatinangor juga ada lho. Ini beberapa di antaranya:
1. Di sana ada jembatan bersejarah. Namanya Jembatan Cincin. Dikenal karena keangkerannya dan juga menjadi salah satu jembatan tertua di Indonesia.
2. Jatinangor pernah banjir. Padahal wilayah dataran tinggi. Katanya sih, kebanjiran itu disebabkan mampetnya saluran air oleh kondom. Eww....
3. Jatinangor bukan Bandung. Ia sudah masuk di daerah Sumedang.
4. Banyak banget makanan murah dan enak. Tapi, kebersihannya pun nggak terjamin. Katanya, setiap mahasiswa baru pasti mengalami diare di tahun pertamanya. Ya, saya pun begitu.
5. Jatos selalu jadi tempat paling rame saat malam minggu. Soalnya, banyak orang orang dari Garut, Cibiru, Sumedang, Subang, yang main ke sini. Crowded banget deh.
6. Dulunya, Jatinangor adalah hutan karet. Waktu jaman penjajahan Jepang, katanya sih, tempat ini jadi pembuangan mayat. Pantes, horor!
7. Video mesum Ariel bersama artis artis itu pertama kali di upload di Jatinangor. Tepatnya di warnet di Jalan Sayang.
8. Kalau anak kuliah libur, Jatinangor selalu sepi. Katanya, jantung kehidupan di Jatinangor ada di tangan mahasiswa.

Kayaknya itu deh, beberapa fakta tentang Jatinangor. Pokoknya, siapapun yang masuk Jatinangor untuk kuliah, pasti punya kenangan bagus yang nggak bisa dilupakan. Teman, saudara, dan pengalaman baru. Benar benar belajar untuk saling menyayangi, melindungi. Unforgetable!

Oke deh, saya shilla dipo, ciao!

Saturday, August 16, 2014

Will I Be Yours?

Baru aja balik dari acaranya Jakarta Movement.. Capek banget saya hari ini. Mulai dari ngegym, karaoke, lanjut liputan. But anyway..selama diperjalanan pulang saya memikirkan seseorang. Dan begitu sampai di rumah, saya langsung menuliskan lirik. Yup, mau saya jadikan lagu. Judulunya sama seperti judul post saya kali ini. Sepertinua sih, di bawah ini masih lirik mentah. Tapi coba dulu, nanti kalau ada perbaikan pasti di post lagi. Okay check it out!



Hey, we meet again
In the different morning, same situation
Yes, you posses me through my brain
Oh, you make me feel this unique sensation

When you talk to me i can't hear your voice
Coz the sound in my head the sound in my head
Is yelling at me that the person in front of me
So b-e-autiful

And hope someday, you'll gonna stay
With me walk together in this way
But no no waay
Until today..
I am not yours, still not yours..
But someday I will be yours..

-for you..

Wednesday, August 13, 2014

Arti 'Shilla Dipo' Bagi Shilla Dipo

Hai! Dulu saya pernah membuat blog tentang mahluk gaib, astral, dan sejenisnya. Iya, saya dikasih sedikit anugrah untuk melihat mahluk kasat mata (walau kadang saya anggap ini sebagai musibah). Tapi saya mau meninggalkan sisi kelam itu. Sepertinya cerita seram lebih baik diceritakan lewat lisan daripada tulisan. Okay, di tulisan pertama ini, saya nggak mau membahas sesuatu yang serius (mungkin isi blog saya nantinya pun nggak pernah serius). Saya mau membahas tentang arti 'Shilla Dipo' buat saya. Nggak penting, kan? But this is my blog, anyway. LOL!

Hari ini saya pergi ke kantor, seperti hari hari sebelumnya. Dengan stripes shirt berwarna pink dan celana bahan berwarna coklat. Entah nyambung atau nggak, tapi mereka bertengger manis di lemari bawah yang membuat saya menabrakkan warna mereka di tubuh saya. Saya malas kalay harus ke lantai 2 untuk meencari baju. Toh, saya bukan orang yang terlalu memerhatikan outlook. Saya rasa nggak ada yang salah dengan pink dan coklat. Hmm, chocolate strawberry is good, isn't it? Dengan mengendarai vespa eksklusive tahun 2001, saya menuju kantor.

Nggak ada yang istimewa di hari ini, sampai saya iseng mencari nama saya di Google. Saya ketik 'Shilla Dipo' di kolom pencarian. Berhubung hari ini belum ada dateline yang memburu, saya jadi punya waktu untuk melakukan hal-hal iseng seperti itu. Okay, saya lanjutkan. Dan setelah saya mengetiknya, wow, semua hal tentang saya langsung muncul.


Semua tulisan saya di www.gadis.co.id (which is ini tempat gue bekerja, Majalah GADIS), ada semua. Yang bikin saya lebih senang, ternyata banyak blogger dan kaskuser yang repost tulisan saya. Mungkin karena baru satu tahun ini saya bekerja, makanya over exited dengan hal itu, ya. Tapi yang jelas, bukan masalah eksistensi yang saya suka dari situasi ini. Saya jadi sadar kalau kebaikan kecil yang saya share bisa diteruskan dan menjadi bacaan (semoga bermanfaat) bagi banyak orang. Yup, ada senyum di hari ini. Senyum setelah saya mengetik 'Shilla Dipo' di kotak pencarian google.

Ini bukan masalah narsis. Tapi motivasi. Entah di luar sana ada yang tahu, familiar, atau sekedar pernah dengar - mungkin nggak tahu sama sekali - tentang 'Shilla Dipo'. Tapi setidaknya ini menjadi motivasi diri untuk menjadi 'Shilla Dipo' yang lebih baik. Mungkin salah satunya dengan kasih info yang bermanfaat. Karena buat saya, we are what we write. Mungkin sebagian yang pernah membaca nama saya, mengiyakan bahwa 'Shilla Dipo' adalah penulis. Karena itu saya ingin menjadi dirinya. Berharap yang membaca berpikir kalau 'Shilla Dipo' adalah penulis yang baik. Karena saya ingin menjadi dirinya, Si Penulis Yang Baik.<br />
FYI, nama asli saya adalah Shindilla Ficca Sastriya. Shilla adalah nama panggilan saya dan Dipo adalah kependekan dari Dipodiputro, nama keluarga saya. Shilla memiliki arti 'rantai kasih sayang' dan saya sangat berharap untuk menjadi 'Shilla' dalam semua hal.

Begitu lah saya mengartikan 'Shilla Dipo'. Sekali lagi, ini bukan narsis. Tapi saya ingin dalam kenyataan, saya menjadi orang yang dikenal sebagai 'Shilla Dipo'. Bukan sekedar Shilla Dipo. Agak membingungkan, ya. Tapi yang ingin saya sampaikan adalah lakukan kebaikan karena kita ingin melakukannya. Kadang tanpa disadari hal kecil itu ternyata berguna bagi orang lain.

Saya Shilla Dipo, ciao!