Masih bicara hal yang sama dengan sebelumnya. Hal yang saya lakukan lebih dari separuh hidup saya, DIET. Setelah melihat effort saya di masa SD dan SMP, saya akan coba memaparkan dengan jelas diet saya di masa SMA, kuliah dan sekarang. Saya masih ingat berat saya waktu kelas 1 SMA. Waktu itu kalau tidak salah jarum timbangan menunjukkan angka 78kg. Tetap gendut tapi jauh lebih mending dari yang sekarang. Kayaknya saya nggak diet deh, saat itu. Dan ternyata betul lho, bahagia berbanding lurus sama berat badan. Semakin kita bahagia, semakin banyak makan. Atau itu cuma saya ya? Kayaknya sih, gitu. Tapi itu berlaku banget buat saya yang waktu itu nggak mikir diet. Walhasil di kelas 2 timbangan saya naik drastis ke angka 90an. Banyak banget naiknya. Dan kebahagian saya semakin bertambah di saat itu. Semester 2, saya memasuki 3 digit di timbangan. Seperti film dalmatian, 101. Di masa SMA ini diet saya sangat angot angotan. Sebentar diet, turun 5kg, naik 10kg. Bikin saya nggak mau liat timbangan. Kayaknya itu jadi musuh saya deh.
Angka timbangan yang nggak pernsh saya kontrol bikin saya makin gila di kelas 3. Dengan dalih mau ujian dan butuh konsentrasi tinggi, saya nggak mau membiarkan perut saya lapar. Walhasil, begini jadwal makan saya:
Breakfast:
Sarapan di rumah. Bisa nasi, cereal, roti, mie dll.
Snack (istirahay pertama):
Gorengan atau kebab atau crepes
Lunch (istirahat kedua):
Nasi dan lauk lengkap atau mie ayam
Snack (pulang sekolah):
Indomie atau burger
Dinner (istirahat les bimbingan belajar):
Nasi
Late dinner (sampai rumah):
Gadoin lauk. Mulai dari ayam, sayur, dll.
Tuh, bisa dihitung berapa kali saya makan dalam sehari. INSANE! Perut saya kayak nggak pernah kenyang. Lapar lapar lapar dan lapar. Tahu nggak apa yang terjadi? Timbangan saya......mencapai...... SERATUS TIGA PULUH DUA kilogram!!! Setara dengan berat 1kwintal beras ditambah anak SD kelas 3 atau 4. Sakit jiwa! Wah, kalau ingat bentuk saya saat itu....abstrak, nggak berbentuk.
Libur berbulan bulan sebelum masuk kuliah, saya pakai untuk diet. Saya olahraga setiap pagi. Melakukan diet dengan burn fat soup. Resepnya dari dokter, maaf nggak bisa saya bagi di sini resepnya. Tapi intinya, sup ini tanpa garam dan nggak enak. Bosan dan bikin jenuh. Tapi gambarannya, begini menunya:
Hari pertama
Sup dan buah
Hari kedua
Sup, sayur hijau, kentang bakar atau rebus
Hari ketiga
Sup, sayur dan buah
Hari keempat
Sup, sayur, buah, susu
Hari kelima
Sup, sayur, daging
Hari keenam
Sup, tomat, daging
Hari ketujuh
Sup, nasi merah, sayur, buah.
Dan dengan ini, saya turun 11kg dalam waktu 2 minggu saja. Keren kan? Tapi sumpah, diet ini sangat susah. Kalau nggak kuat, lambung bisa sakit, jantung berdegup, dan kepala pusing. Berujung pada kondisi lemah dan lemas pada tubuh. Tante saya saja, cuma kuat 3 hari! Hh hidup saat itu saya rasa sangat berat, meski nggak seberat tubuh saya, sih. Sampai lah berat saya di 123 kg saat itu. Angka itu bertahan hingga peristiwa naas diawal kuliah, membuat saya semakin kurus.
Seperti yang saya bilang, saya kuliah di Jatinangor dengan makanan nggak sehat dan membuat saya terserang diare berkali kali. Selain itu, benar deh, sedih itu biss bikin kurus. Hal naas pun terjadi. Saya putus dengan pacar saya. 61 bulan saya dan dia bersama. Berakhir karena......intinya ditunggal nikah, lah. Rasa sakit itu membuat saya turun hingga di angka 108kg. Benar kan, tingkat kebahagiaan itu berbanding lurus dengan berat badan. Saat kebahagiaan menurun, timbangan saya pun menurun. Semua ada hikmahnya.
Di kuliah, kembali saya melakukan diet sop. Hasilnya gagal. Selalu melanggar. Singkat cerita, saya lulus dengan berat 125kg. GILA KAN? Ya tapi itu lah yang terjadi. Tapi saya menemukan motivasi lagi untuk kurus pada saat itu. Gossipnya, orang gendut susah cari kerja. Selain masalah penampilsn yang kurang oke, biaya kesehatan sepertinya bisa membuat perusahaan rugi deh, kalau untuk orang gendut. Makanya, lagi lagi saya diet.
Mungkin lanjut di part 3 nih. Besok saya akan lanjutkan lagi. Dari bagian kedua, saya menyimpukkan kalau kebahagian berbanding lurus sama berat badan. Itu saja, lah.
Oksy kalau gitu, saya pamit.
Saya Shilla Dipo, ciao!
No comments:
Post a Comment