Wednesday, August 20, 2014

This activity would never be done: DIET (part 1)

Let's talk about diet. 4 huruf, 1 kata, dan bikin mati. Dari katanya saja, DIET, jelas tertulis DIE! Saat menjalankannya benar-benar bikin mau mati. Atau mungkin saya yang salah? Tapi sebelum men-judge saya, yuk, coba tengok kegiatan yang saya lakukan bertahun tahun ini.

Saya mulai gendut sejak SD. Bukan, badan saya nggak gendut yang semok alias seksi dan montok. Gendut saya itu ya G-E-N-D-U-T dalam arti yang sebenarnya. Ibarat sepak bola, saya pasti selalu di priwitin sama wasit, offside! Saya nggak menghina diri sendiri. Hanya sadar diri dan bicara jujur sejujur jujurnya. Bicara sesuai dengan realita yang ada, tanpa bumbu dramatisir. Dengan tinggi 165cm, seharusnya berat 70 pun saya yakin masih terlihat bagus. Tapi sayang, berat saya itu saat ini adalah 70 ditambah beras 20kg ditambah 15 kg. Silahkan bagi yang gemar menghitung untuk menemukan hasilnya. Itulah berat saya. Berat, kan? Jelas!

Balik lagi di jaman SD. Untuk ukuran SD, berat saya sudah melampaui batas pada waktu itu. Karena itu, ibu saya, yang nggak gendut sama sekali, membawa saya ke ahli gizi di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Saya masih ingat menu makanan saya pada saat itu. Saya akan paparkan, siapa tahu ada yang minat untuk menjalankannya.
Breakfast:
Selembar roti panggang dan secangkir teh atau kopi tanpa gula, tanpa susu.
Snack:
1 buah apel
Lunch:
Setengah porsi nasi, sayur, dan protein (jangan goreng gorengan)
Snack:
1 buah pisang
Dinner:
1/4 porsi nasi dan sayur.

Nggak lupa si dokter juga memberi saya obat sebesar ujung ballpoint (bagian belakangnya). Saya masih ingat, kapsul itu berwarna orange.

Itu saya lakukan waktu berat saya 60kg dan duduk di kelas 5 SD. Berat kan untuk ukuran anak SD? Banget! Saya menjalani itu sekitar setengah tahun. Hasilnya, gagal total. Bukan karena salah si dokter, melainkan saya sendiri. Gimana nggak, sebagai anak SD, jajanan SD adalah hal yang paling ditunggu saat pulang sekolah. Mulai dari kue cubit, laba-laba, gorengan, telor SD, macaroni SD, es es an, sampai nasi goreng kambing dan mie ayam SD saya yang enak banget! Tentu, saya tergoda. Apalagi waktu SD, saya juga banyak kegiatan. Ekskul, berenang, les, dan banyak lagi. Ekskul saya saja nggak cuma satu. Jadi sambil nunggu dari jam pulang sekolah ke jam ekskul, apalagi yang bisa saya lakukan selain makan siang, kan. Yah, kadang main bentengan, sih. Tapi makan tetap yang utama. Jadi iya, setengah tahun saya, dan uang orang tua saya, terbuang percuma.

Lanjut ke SMP nih.. Masa puber itu memang masa yang sucks banget bagi orang gendut. Tiap mau datang bulan, nafsu makan saya yang seperti babi ini, bisa bertambah seperti nafsu makan panda. Banyak banget! Tiap ditanya, alasan PMS menjadi gacoan saya. Apalagi, saat kelas satu dulu, di depan saya ada jualan kentang bumbu. Endes ngets. Waktu itu saya lagi keranjingan dengan minuman  bersoda. Soalnya, saya sekolah siang dan untuk menuju sekolah, saya biasanya berjalan kaki. Otomatis panasnya suhu Jakarta di siang hari itu bikin saya haus berlebih. Sebotol coke ditambah camilan kentang bumbu sungguh menggoda, kan. Nah, saat ini lah saya menjalani terapi akupuntur. Setiap seminggu 2 kali, jarum-jarum itu menusuk di telinga, perut, dan tangan. Lalu aliran listrik pun menyengat tubuh saya. Pantangan makannya adalah nggak boleh soda, gorengan, dan junk food. Sumpah, susah banget. Di saat ini juga saya punya pacar yang tambun. Hobby dia mengajak saya makan wendy's, KFC, dan Pizza Hut. Menurut nganaaaa?! Hasilnya kacau.. Saya tetap nggak bisa menjalani dengan tekun. Untung saya dibantu dengan kegiatan di ekskul Paskibra yang membuat berat badan saya stabil di angka 70an. Itu pun berat untuk ukuran anak SMP.

Sebelum lanjut ke bagian SMA, kuliah, hingga bekerja sekarang ini, ada satu kesimpulan sementara. Mungkin namanya hipotesis, ya. Kalau untuk anak kecil dan ABG, disiplin diet itu sungguhlah sulit. Aktivitas yang banyak bikin perut gampang lapar. Jadilah kegendutan dan membuat badan tak berlekuk dan bersudut. Kayaknya, memperbanyak aktivitas adalah jalan satu satunya untuk membantu diet ABG, deh. Jangan kebanyakan golar goler saja kalau weekend. Mungkin ada baiknya mengajak berenang, main basket, atau memperbanyak berlarian. Sayang, dulu saya nggak melakukannya.

Okay, lanjut di part 2 ya.. Saya ngantuk setelah liputan di Street Ramyun di mana saya menghabiskan 1 panci Ramyun. Kenyang dan senang.. Okay, selamat tidur!

Saya Shilla Dipo, ciao!

No comments:

Post a Comment