Thursday, December 25, 2014

Sempurna

Meski bayu meniup pertanda
Dan banyu mencoba hanyutkan rasa
Atau mungkin chandra tak lagi ada
Aku masih percaya
Akan hadirnya Dewi Fortuna
Sayap-sayap ini terasa patah
Membuatku terbang liat
R tak berarah
Aku hanya mencoba pasrah
Dan berharap adanya anugrah
Menopangku memberi petunjuk
Padamu yang membuatku tertunduk
Ijinkanku untuk mengajakmu duduk
Dan kan kubisikkan kata cinta
Untukmu yang selalu membuatku merasa
Sempurna

Wednesday, December 17, 2014

Jingga dan Salju

Hai jingga, apa kabar?
Kurasa tak ada yang lebih indah dari senyummu
Senyum jingga yang menghangatkan

Hai salju, apa kabar?
Kupikir tak ada yang lebih cerah dari parasmu
Paras salju yang menyejukkan

Hai kamu, apa kabar?
Harus kupanggil apa, kamu?
Karena kadang kamu tak terasa cukup nyata untukku
Karena kadang kamu berubah jadi jingga dan salju

Kamu adalah lembaran imaji yang rill
Sekaligus realita yang terbang dalam imaji
Tunggu, bagaimana harus kuberi deskripsi?
Bahkan salju dan jingga tak mampu mewakili

Coretanku mulai tak beraturan
Menyadari guratan guratan kecewa yang terasa sedu sedan
Tak ada sisa untuk ku jalankan
Atau, kamu siap ikut dalam perjalanan?

Aku tunggu kamu untuk beri aku jawaban
Satu kali saja

Hai jingga, hai salju, apa kabar?
Beri hangat dan sejuk di dirinya

Untuk kamu dengan kehangatan dan kesejukkan yang melayang dalam angan,

Saya Shilla Dipo, ciao!

Satu Minggu

Karena dalam satu minggu semua bisa terjadi
Dalam tujuh hari semua bisa berganti
Tanpa jejak dan tapak sekali lagi kau pergi
Bukan, bukan tak ingin ku mencari
Namun ada saat aku mau diingini

Karena dalam satu pekan semua bisa berubah
Tanpa kata tanpa bicara
Apa selama ini hanya aku yang rasa?
Atau ia terlalu pintar menyembunyikannya

Kupu kupu mulai mengepak lemah
Gelitik itu mulai tak terasa
Sesungguhnya aku hanya menginginkannya
Untuk menginginkanku, itu saja

Untuk kamu dan semua hal yang tak kau bagi denganku,

Saya Shilla Dipo, ciao!

Sunday, November 16, 2014

I Am Weird

Call me weird
Call me geek
Call me nerd
Call me different
Because I am

Saya lagi menikmati secangkir kopi Papua dengan teknik pembuatan Rok Presso. Masih di sini, di Kopikina. Nggak bermaksud promosi, but this is the best place for you to spend your day. With or without anyone. But anyway, seringkali random things pop up di kepala saya secara abstrak nggak beraturan. Tiba-tiba saya berpikir, saya ini aneh.
Lahir sebagai seorang perempuan dari Ibu yang keturunan Jawa-Sunda. Beliau lahir di Jakarta dan tumbuh menjadi perempuan yang sangat hebat. Melawan penyakitnya selama bertahun tahun dengan berbagai cobaan hidup yang luar biasa. Ia menikah tahun 1985 bersama ayah saya. Seorang keturunan Jawa-Arab-India. Ayah saya memiliki jiwa seni yang tinggi terhadap musik dan karya sastra. Sangat filosofis dan kadang membingungkan. Tapi justru dari beliaulah keanehan saya ini muncul. Lebih aneh darinya dengan pemikiran yang kadang nggak saya pahami.
Saya suka merasa kalau ada dua orang di tubuh saya. Dua orang dengan jenis kelamin berbeda dan pemikiran yang kontradiktif. Yang membuat saya sendiri bingung harus memilih pemikiran yang mana. Satu sisi penuh dengan pemikiran kekinian dan lain sisi kejadulan tingkat dewa. Satu sisi yang ingin sama dengan banyak orang dan sisi lain yang selalu ingin menjadi berbeda. Tapi saya memilih untuk menjadi seseorang yang berbeda.
Saya lahir di tahun 1990, di mana teknologi belum seperti saat ini. Saya menikmati semua masa kecil saya yang cukup unik. Saya sudah masuk playgroup sejak 2.5 tahun karena hobi saya yang suka mengganggu murid-murid di tk dekat rumah. Keanehan saya juga muncul saat main ke rumah tetangga saya. Namanya Ibu Dadang.
Ada kolam ikan di rumahnya yang membuat saya kecil nyemplung ke dalam sana. Bukan hanya berenang dan mengejar ikan. Saya mengambil ikan koi dan memasukkan ke celana dalam saya. ANEH BANGET KAN?
Saya nggak tahu apa yang ada dipikiran saya waktu itu.
Dulu saya punya teman khayalan. Sebelum saya melanjutkan, maaf kalau alurnya berantakan. Saya lagi menulis sesuai dengan apa yang tiba tiba muncul di kepala saya. Randomly. But this is my blog anyway. :)
Oke, teman khayalan. Namanya David. Dia bisa terbang. Saya pernah melihatnya terbang di samping mobil saya. Waktu itu saya berusia 4 tahun. Saya duduk di belakang dan saat itu mobil lagi melaju di tol cikampek (rumah saya dulu di Pulogebang dan sekolah di kawasan Menteng. Jauh yess?). Tiba-tiba David muncul lagi terbang di samping kaca mobil. Tersenyum dan melambaikan tangan. Entah Ibu saya masih ingat atau nggak. Tapi saya teriak, "Ma, David terbang!". Seingat saya Ibu nggak menanggapi. Saya hanya membalas lambaian dan senyumannya. David baru menghilang saat saya SMP. Teman khayalan saya lama juga ya?
Seiring berjalannya waktu, saya juga punya kebiasaan aneh dulu. Saat marah atau sedih, saya memilih untuk melukai diri saya dengan pensil mekanik. Saya mengukir tangan saya. Masih ada bekasnya sampai sekarang. Saya membuat angka 8 romawi, segitiga, garis lurus, huruf 'N', dan masih banyak lagi. Tapi sekarang nggak lagi.
Saya percaya hal-hal aneh. Misalnya zombie. Saya percaya banget suatu hari mereka ada. Teman-teman saya sangat paham dengan yang satu ini. Kadang saya suka main zombie-zombian kalau lagi di tempat parkir atau mal yang mulai sepi. Saya ambil handphone saya dan menjadikannya senjata. WEIRD! Kegiatan ini masih sering saya lakukan di umur saya yang hampir 25 ini.
Saya sering banget in to it sama suatu hal. Kadang nggak selesai. Soalnya minat saya gampang banget berubah. Dulu, saya pengin banget jadi komikus. Gambar saya PERNAH bagus. Tapi saya tinggalkan itu semua. Saya pernah pengin jadi penulis buku puisi. Sudah sampai 100 halaman lebih. Sayang file nya corrupt dan nggak saya lanjutkan. Saya kesal! Lanjut saya pernah pengin bikin teenlit. Beberapa sudah saya tulis. Tapi nggak ada yang selesai. Sekarang saya lagi menggeluti kopi. Belum ada rasa bosan. Saya sangat suka dengan semua hal tentang kopi. Aroma, rasa, proses penyajian dan semuanya. Saya pengin mempelajarinya lebih baik. Saya mau punya cafe. Saya mau jadi barista. Saya mau menjelajah kopi Indonesia. Saya mau!
Saya pernah pengin jadi fashion blogger. Tapi masih malas karena belum berhasil kurus. Saya pikir, malas juga sih. Jadi nggak jadi. Sumpah tulisan kali ini sama sekali nggak berstruktur. Kayaknya judul tulisan ini harusnya ngalor ngidul deh.
Saya sering jatuh cinta. Cuma sehari, dua hari, seminggu dua minggu. Saya mudah berubah. Seperti menu makan contohnya. Pertama saya bisa bilang dengan yakin kalau saya mau soto pedas. Tiba-tiba saat sudah ingin pesan, saya bisa ganti pesanan jadi sate. Jauh banget kan?
Saya senang menjadi berbeda. Dengan pemikiran yang terlalu kemana mana sampai orang nggak mengerti lagi dengan jalan pikiran saya. Tiba tiba saya bisa menjadi sangat bijak. Di lain waktu saya jadi kekanak kanakan.
Tapi ketika saya yakin dengan pilihan saya, saya akan mengumbar ke semua orang. Sekalian bercerita semua keyakinan saya. Mencoba membuat orang lain mengerti dengan pemikiran saya. Walaupun nggak semua akan mengerti.
Hmm.. saya sangat kepo. Tingkat kepo saya melebihi batas normal. Kalau saya ingin tahu, saya akan melakukan apapun. Kalau saya penasaran sama seseorang, saya bisa cari tahu hal tentang dia tanpa ia memberi tahu saya.
Seperti saat sekarang. Ada seseorang yang tiba-tiba menghilang. Saya sudah cari tahu semuanya. Belum ketemu banyak hal, but i will. Saya akan terus cari sampai ketemu.

Call me crazy
Call me insane
Call me mad
Because I am..

Saya Shilla Dipo, ciao!

How Can I Forget?

It's not about love
It's not about memory
It's not about us
But how can I forget while you haven't say goodbye yet?

We just already prepared ourself to start
We just picked the book and pen
Tried to write a story about me and you
But you left me with this emptiness

It feels bitter
It has no sweetness
It is changing from happiness to be sadness

Did I do something wrong?
Or maybe it's just me
And my problem
While you laughing and don't feel the same way as I am

I just need you to answer
Not to fix it all
Just say a word
And I'll know what to do

I'll fix myself
from part by part
From piece by piece
To build myself as strong as before

Why should I found you?
For you who left a big question mark in my heart
Would you explain?

Saya Shilla Dipo, ciao!

Hati Bicara Part 1

Saya duduk persis di sudut waktu saya menunggunya. Kali ini saya ingin enyahkan semua obsesi saya tentang kopi. Semua tulisan sisi ceria hidup saya. Izinkan saya untuk mencurahkan bulatan rasa pahit yang mengganjal.
Beberapa minggu ini saya menjadi orang yang didatangi saat beberapa teman mengalami masalah. Curhatan mereka tentang pernikahan yang semakin dekat, perselingkuhan, keluarga dan banyak hal. Di saat saya merasa membutuhkan sandaran untu bercerita, saya tahu mereka pasti ada. Tapi saya tidak butuh itu semua saat ini. Saya butuh dia.
Kopikina. Sebuah tempat yang awalnya tidak saya perhitungkan. Saya pun malas untuk mampir ke kedai kopi dekat rumah saya. Hingga pembicaraan dengannya
mengarahkan saya ke tempat ini.

Soal lidah untuk kopi, aku selalu di Kopikina. Kamu tahu Kopikina?
Nope. Di mana itu?
Di Tebet. Dekat flyover menuju Kota Kasablanka. Tapi kamu jangan naik. Ambil jalur kiri. Kopikina ada di situ.
Oh, aku tahu! Okay, akan aku coba.

Tempat ini lah yang sekarang selalu menjadi tujuan saya di akhir pekan. Meluangkan waktu untuk sendiri, kadang bersama sahabat saya yang curhat. Tapi hari ini ada yang berbeda. Sebuah memori berputar kuat di dalam benak saya. Memori yang terjadi hari Senin, 3 November 2014 pukul 18.18. Mari kita putar waktu sejenak.

-------
Aku sampe. Kamu di mana?
What? Jadi? Kamu nggak ada kabar. Aku pikir nggak jadi
Jadi. Ini aku udah sampe. Jadi gimana?
Aku lagi anter bunda. Abis ini aku kesana. Maaf ya..

Saya duduk menunggunya. Bersama kopi Sipirok panas yang mencoba menenangkan saya. Menemani melewati waktu sekaligus mempersiapkan diri untuk bertemu seseorang yang belum pernah tatap muka secara langsung dengan saya. Kopi darat. Mungkin itu adalah istilah yang tepat.
Pikiran saya penuh dengan asumsi. Penuh dengan kekhawatiran. Penuh dengan prasangka yang membuat jantung ini bergerak cemas mengalirkan darah yang terlalu deras ke sekujur tubuh saya. Saya tidak tenang. Mempersiapkan semuanya agar tampak sempurna. Sebuah kado kecil di dalam plastik saya tempatkan di kursi yang akan didudukinya. Saya benahi agar tampak lebih cantik untuk seseorang yang baru pertama kali saya temui. Walaupun hasilnya seperti tak berubah dari posisi awal. Saya lap sepatu agar terlihat bersih. Merapikan tatanan rambut agar terlihat niat menemuinya. Menyemprotkan parfum dan menata barang di atas meja agar tak tampak serabutan. Hingga tak terasa sudah 3 jam saya menunggu kedatangannya. Dia belum muncul namun sudah diperjalanan menuju Kopikina. Hingga sebuah pesan masuk...

Aku di depan. Ramai banget ya. Mau pindah?
Kamu masuk aja dulu. Aku tunggu di dalam.
Kamu duduk di mana?
Cari aja yang duduk sendirian di meja pojok dekat kasir.

Dia masuk. Menggunakan baju hitam dan denim jacket. Tersenyum dan berjalan menghampiri. Saya balas senyumnya. Semua rasa terukir jadi satu. Lega, waswas sekaligus tak sabar untuk mendengar ia bercerita.

"Hai. Kita belum kenalan secara langsung, kan?" katanya membuka pembicaraan sambil mengulurkan tangan.
Saya menjabatnya. Saling mengucap nama dan sepersekian detik dalam keheningan.
"Itu untuk kamu," saya mencoba memecah keheningan sambil menunjukkan plastk kado untuknya.
Dia mengintip dan mengucapkan terima kasih sembari tersenyum.
"Ini untuk apa?" tanyanya
"Tadi aku liat dan kepikiran buat beliin kamu. Kamu pernah bilang kamu suka itu. Jadi aku beliin," jawabku.

Lalu pembicaraan hangat mulai terjadi. Kami banyak tertawa. Mulai memperlihatkan sisi sisi yang masih tersembunyi. Seolah itu bukan pertemuan pertama. Ia sering membuat saya malu. Membuat saya melihat pada tembok bata yang tentu tak berbicara. Keramaian suasana seolah menghening. Saya tak perduli. Pembicaraan hangat itu terus terjalin hingga pukul 01.00 dini hari. Kami memutuskan pulang.

Cukup dengan cipika cipiki singkat dan ia berlalu.

-----
Hari ini saya duduk di sisi yang sama. Menuliskan cerita tentangnya. Semua perasaan tercampur jadi satu. Deg-degan dan jantung bekerja lebih cepat memompa aliran darah dengan derasnya ke seluruh bagian tubuh saya. Saya menunggunya. Namun bukan untuk mendatangi saya. Saya menunggu kabarnya. 3 hari sudah ia menghilang. Tanpa kabar tanpa cerita.
Terakhir saya menghubunginya tanggal 13 lalu. Tak ada yang salah. Saya yakin tak ada yang salah. Kami masih tertawa dengan candaan khasnya yang memang selalu menggelitik. Bahkan senyum selalu ada saat mengingatnya. Saya tidak tahu di mana dia. Saya sudah melakukan yang tebaik untuk mencarinya, menghubunginya. Namun hingga detik ini dia tidak ada.
Di sudut yang sama, saya menunggunya dengan tidak pasti. Secepat itu semua berlalu. Secepat itu kebahagiaan yang baru saja mulai saya rasakan seolah hilang dengan sisa ampas getir yang tak larut dalam hati saya.
Sebagian yang membaca mungkin menertawakan dengan tingkat kegalauan saya yang pekat ini. Tapi coba bayangkan ketika kamu sudah membuka hati yang lama terkunci. Mencoba memulai sesuatu yang lama tak kau sentuh. Mengambil bibit yang lama kau cari. Saya telah membawa bibit ini. Mulai menggenggam dengan penuh harap untuk tumbuh subur. Saya ingin menanamnya. Merawatnya dengan siraman kasih sayang dan pupuk ketulusan. Namun sesampai di rumah, saya menyadari bibit kecil yang saya genggam terjatuh entah di mana. Tanpa petunjuk, tanpa isyarat. Ya saya kini sedang menyusuri jalanan yang saya lalui. Berharap menemukan bibit yang jatuh di antara batu batu di perjalanan.
Semoga saya bisa menemukannya. Saya takkan menjatuhkannya lagi. Pasti.

Untuk kamu dengan semua tawa yang masih membekas..

Saya Shilla Dipo, ciao...
 

Thursday, October 16, 2014

Sebelum #eskpedisikopi

Apa arti secangkir kopi? Buat saya secangkir kopi itu banyak maknanya. Tergantung pada kopi apa yang saya pesan. Tapi di sini saya bicara kopi hitam. Iya, saya seorang perempuan yang bisa menikamati kopi hitam, tanpa gula, tanpa creamer. Sebagian mengatakan itu pahit. Tapi bagi yang menyukainya, mereka pasti punya makna berbeda tentang arti secangkir kopi. Buat saya, secangkir kopi hitam tanpa gula tanpa creamer di pagi hari adalah seduan tersempurna untuk mengawali hari. Ditemani hangat mentari pagi, udara yang tidak sekotor di siang atau sore hari. Semangat, mood, rencana, dan motivasi seolah teraduk sempurna dalam secangkir kopi hitam tanpa gula tanpa creamer di pagi hari. Ide seolah mengisi otak saya dalam tiap seruputan yang mengaliri tenggorokan. Lalu bagaimana dengan siang hari? Secangkir kopi hitam tanpa gula tanpa creamer menjadi penggugah sekaligus penyadar buat saya. Menyadari kalau hari nggak akan berhenti di sini. Memberi semangat untuk menjalani sisa hari yang masih cukup panjang. Membentuk ide pagi dan memahatnya menjadi realita. Menggerakkan tiap abstraksi menjadi bentuk yang rill. Berbeda lagi dengan seruputan sore. Secangkir kopi hitam tanpa gula tanpa creamer menenangkan saya. Mensyukuri semua yang telah saya lewati sambil membuka segala renungan akan hari itu. Seberat apapun seringan apapun, secangkir kopi hitam di sore hari membantu saya memaknai yang terjadi di hari itu. Malam hari adalah semua pencampuran pagi, siang dan sore. Menyadari kalau kopi hitam adalah hidup. Hidup itu sulit, pahit, gelap tanpa cahaya. Tapi bagaimana kita mencoba mengerti asam, manis, dan rasa setelahnya. Membuat saya memahami bahwa hidup tak berhenti di sini. Membuat saya mengartikan hidup dengan lebih baik. Namun sebelum semuanya bermakna seperti saat ini. Saya pernah menjadi seseorang yang buta akan kopi. 


Entah sejak kapan saya menyukai minuman yang mengandung kaffein ini. Yang jelas kesukaan saya pada kopi saat ini sedang sangat melonjak. Belum, memang bekum pada tahap maksimal karena pengetahuan saya tentang kopi masih sangat minim. Saya baru mulai menyukainya. Senang melihat, mencium, hingga memburunya. Setiap hari saya minum setidaknya satu gelas kopi hitam. Ya, masih sangat sedikit dan biasa memang. Tapi saya nggak selalu punya waktu untuk menuju kedai kopi yang menjual kopi dengan kualitas baik. Jujur, untuk kopi hitam, saya lebih suka kopi-kopi single origin asal Indonesia. Bukan brand dalam sachet yang nggak murni berasal dari kopi.
Sebelum saya menjadi sesuka ini dengan kopi, saya hanyalah seorang mahasiswa yang selalu minum kopi di sebuah warung. Tentu kopi sachet. Kopi susu tubruk, lebih tepatnya. Biasanya saya minum sama Oky. Sepertinya untuk meminum kopi, saya yang menularkannya, deh. Tapi pada waktu itu, kadang dia bisa meminum lebih banyak dari saya. Bahkan saking addict nya dengan aroma kopi, dia pernah ketahuan oleh ibunya saat ia sedang menghirup aroma bubuk kopi hitam. Parahnya, tertinggal serbuk serbuk kopi di sekitar hidung dan mulutnya. Mungkin karena terlalu kuat menghirup. How silly she was. Tapi begitulah kami, mengaku pecinta kopi namun belum mengenalnya.
Kadang sepertinya saya egois. Mengaku cinta kopi namun tak berusaha memahaminya. Mencarinya untuk memenuhi nafsu dan hasrat saya tanpa mencoba mengertinya. Saya menyukainya tanpa tahu bagaimana memperlakukannya. Ketika saya personifikasikan kopi, saya merasa malu karena cinta saya yang tak nyata. Ini namanya bukan cinta. Hanya peletakan label tanpa mengerti maksud label tersebut. Kok berani beraninya saya mengaku mencintai kopi, ya? Tapi itu nggak jadi masalah. Kebodohan yang menggerakkan kita untuk belajar dan melangkah. Justru kesadaran akan kepintaran yang bisa menghentikan langkah, kan?
Anyway, kembali pada awal kecintaan saya pada kopi. Dulu, saya cuma mau menikmatinya tanpa mengenalnya. Seolah kopi adalah pelacur. Saya mencarinya saat menginginkannya. Kemudian saya memilih dan tentu memakainya untuk pencapaian kepuasan maksimal dari seruputan demi seruputan yang saya nikmati. Nggak lupa, saya membayarnya lalu pergi melanjuti hari. Mungkin terkesan berlebih, tapi saya merasa perlu mempunyai ikatan dengan kopi. Nggak hanya sekedar one night stand. Sama seperti saat ingin membina hubungan, kita tentu harus mengenalinya secara keseluruhan. Belajar menerima apa adanya. Semua baik dan buruk tanpa embel embel pemanis. Melihatnya saat polos dan meruntuhkan segala image yang dibangunya. Mengenali bibit bebet bobotnya dengan baik. Begitu lah saya ingin mengenalnya.
Mungkin banyak yang berpikir kalau saya ini hanya sekedar basian atau latah dari semakin tingginya minat kopi saat ini. Tapi apapun itu setidaknya telah mendorong saya untuk mengenalnapa yang saya cintai. Hingga titik di mana saya yakin untuk melakukannya. Saya yakin untuk menjalani sebuah ekspedisi, #ekspedisikopi. Selamat bergabung dalam penjelajahan saya. :)

Saya Shilla Dipo, ciao!

Wednesday, October 1, 2014

My best friends, my family, my home

Hai, sudah lama saya nggak menulis di blog. Banyak banget hal yang sudah saya lewati walaupun umur saya belum ada seperempat abad. Tapi  saya beruntung banget sudah memiliki banyak hal dalam hidup saya.
Anyway, seperti judul tulisan ini, saya pengin menulis tentang orang-orang yang selalu ada di hidup saya. Setidaknya untuk 5-6 tahun terakhir ini. Mereka nggak sama dengan saya. Kami adalah orang-orang dengan karakter yang berbeda dengan tujuan hidup yang beda tapi jalan beriringan. Let me introduce my best. Saya list dari orang yang pertama kali saya kenal ya.

Si Nakal Yang Tobat: Oky Rachmawati
Saya bertemu dengannya waktu masa ospek fakultas di parkiran FISIP. Dengan gayanya yang SKSD, saya jadi dekat sekali dengannya. Tingkahnya yang sok seksi dengan muka-muka menantang saat foto bikin saya geli dan tertawa tiada henti saat mengingatnya. Sampai sekarang saya pun tertawa kalau ingat pose nya. Saya selalu bilang, melihatnya itu seperti gelas. Saya bisa membacanya dari A to Z, seperti melihat ke dalam gelas kaca transparan.
Bagi saya, Oky itu penuh dengan kekhawatiran dan pengin semuanya berjalan sempurna. Dia penuh antisipasi dan sangat memikirkan untung dan rugi. Ini yang kadang membuatnya takut melangkah. Tapi disisi lain, dia melakukan itu karena nggak mau kecewa dan nggak mau mengecewakan. Pada dasarnya, dia orang yang sangat penyayang dan perhatian. Meskipun dia nggak pernah mau mengakuinya. Mungkin sebagian orang berpikir dia gengsi mengakuinya. Buat saya, dia tulus melakukannya. Saking tulusnya, dia nggak tahu kalau deep inside dia adalah orang yang penyayang. Ini terbukti dengan dia yang ikut menangis saat Dee menangis, tetap berusaha merawat saya walaupun dia malas merawat saya saat sakit, tetap peduli dengan Dhita walaupun Dhita kadang membuatnya kesal. Dia itu punya pemikiran yang kadang aneh banget. Tapi sangat terbuka untuk menerima pemikiran orang lain. Lagi lagi, dia mungkin nggak mengakuinya. Lebih tepatnya nggak menyadarinya. Dia datang dari keluarga baik, tumbuh menjadi orang baik. Walaupun kadang terlihat liar dari luar. Tapi orang baik pasti tetap baik. Itulah Oky.
Oky sekarang sudah jadi hijaber. Meskipun kadang muka-muka nakal masih sering ia pasang saat foto. Tapi hati dia benar benar alim, kok. Dia tobat setelah sebelumnya hobi flirting kesana sini. Meskipun sekarang saya dan dia jarang ketemu, tapi seperti biasa, saat bertemu mulut kami nggak akan pernah berhenti berceloteh. Setiap nginep, pasti tidur jam 4 pagi. Selalu ada cerita untuk dibagi. Itulah Oky..

Family Woman: Dhita Dwi Phangestika
Baju ungu, celana jeans, dan rompi coklat. Itulah outfit yang ia pakai saat pertama kali bertemu saya. Wah, kacau sih. Dia ini heboh banget waktu datang pertama kali. First impression, dia orang yang lugu tapi annoying. Suka seenaknya dan kadang saya berpikir, "kok dia bisa sih melakukan itu?". Bahkan saking annoyingnya, dia pernah datang ke gebetan teman saya dan dia bilang teman saya suka sama cowok itu. Padahal kenalan saja belum. Aneh tapi nyata anak ini memang.
Ibarat lagu Letto, "kau datang dan pergi, ooh begitu saja." Dia sering banget menghilang dari peredaran. Jarang bisa kalau diajak kumpul, selalu keluarga jadi alasan. Dia pernah membatakkan pergi H-1 yang bikin saya dan teman teman senewen. Baginya, dia akan meninggalkan semua untuk keluarganya. Bagi saya, Dhita itu sosok yang lugu selugu lugunya. Makanya, buat yang nggak kenal mungkin gondok juga menghadapinya. Tapi sebenarnya, dia gampang banget bergaul. Dia bisa memulai sesuatu, tanpa takut, dan terus jalan kalau dia anggap jalannya benar. Saat dia salah pun, dia bisa menghadapi dengan cengengesan.
Dhita itu orang yang nggak gampang menyerah. Semangat juangnya sangat tinggi. Kasih dia 10 orang sekaliber Pak Wawan dan Pak Dadan untuk mematahkannya. Dijamin, dia akan patah tapi cepat tumbuh kembali. Yang ada malah capek sendiri kalo mau mencoba mematahkannya. Apapun akan dilakukannya untuk maju. Itulah Dhita, dengan semua kepolosan, keluguan, kebaikan dan semangat tiada akhir. Kadang kalau saya lagi jatuh, saya pasti mengingatnya dan semua perjuangan hidupnya, terutama kejadiannya yang nggak bisa saya ceritakan di sini. Mengingat itu semua, saya pasti bangkit. Dia mungkin nggak menerti bahwa ada bagian dari dirinya yang selalu saya jadikan panutan. Tapi jelas dia memilikinya. Mungkin saat dia membacanya, dia akan cengengesan sendiri dan nggak merasa begitu. Dari situ aja sudah ketauan dia tulus. 

Mrs. Always Right: Rizki Nindya Utami
Senyumnya hangat, matanya friendly. Itu yang pertama kali terpancar saat awal saya bertemu dengannya. Dari jabat tangan pertama, saya yakin dia akan menjadi sahabat saya. Dee, begitu ia dipanggil, adalah sosok cewek yang menarik. Nggak cantik banget, tapi menarik banget. Semua orang dengan gampang dekat dengannya. Menurut saya, dia itu magnet utara sementara lainnya selatan. Pasti ia bakal menarik deh. Mungkin saya fans nya, pemujanya. Hahaha. Berpikir saya suka dia? Ah, sudah biasa saya digossipin sama sahabat saya yang satu ini.
Saya tinggal 1 atap dengannya selama masa kuliah. Dia itu orang yang sangat keras, bahkan cenderung kasar saat marah. Tapi Dee bukan orang yang pendendam. Dia pada dasarnya penyayang. Marah adalah bentuk kepeduliannya. Dia akan baik dengan sendirinya. Kembali menyayangi dengan tulus dan selalu menjadi sosok yang 'menampar' dengan statement nya. Saya sendiri bisa menjadi orang seperti sekarang karenanya. Padahal dia nggak berniat  membentuk saya. Dia, dengan caranya, bisa membuat orang termotivasi menjadi lebih baik. Dia itu api yang nggak pernah padam. Dia itu kuat tak terkalahkan. Kerapuhannya bisa disulap jadi motivasi hidup. Saat dia rapuh, biasanya saya akan hadir. Dia nggak perlu takut untuk ditinggal jutaan orang. Saya orang pertama yang akan memeluknya, meski dunia menjauhi saya sekalipun.
Membicarakannya nggak akan ada habisnya. Saya terlalu mengenalnya sekaligus memujanya. Oh iya, faktor luck anak ini besar banget. Ia akan berada di puncak kejayaan pasti. Tapi begitulah seseorang yang berada dipuncak, banyak fake friends dalam hidupnya. Entah dia sadar atau nggak. Tapi yang pasti, dia selalu menganggap saya dan anak anak lainnya adalah rumah untuknya. Sejauh apapun dia berlari, sejauh apapun dia pergi, kami lah rumahnya. Yang menerimanya tanpa pengecualian. Yang menerimanya sebagaimana dia. Saat dengan kami, dia nggak perlu membuat tameng atau tembok. Toh kami paham betul siapa dia dengan semua kekurangan dan kelebihannya. 

Mr. Happy: Luki Ardiyanto
Mengingatnya saja bisa membuat saya tertawa. Pertama kali kenal, saya pikir dia anak geek yang pintar. Dekat dengannya saya berpikir dia dungu, konyol, dan humoris. Saat ada dia, semua orang sepertinya langsung ceria. Tertawa seutuhnya. Dia itu seperti badut yang nggak sadar kalau dirinya badut. Pantat bohai bibir tebal selalu jadi bahan lelucon. Dia nggak pernah marah. Mungkin dia pun bahagia bisa membuat orang bahagia dengan kelebihannya.
Mengenalnya lebih jauh, Luki adalah sosok yang memikirkan masa depan. Setia, karena sudah 5 tahun  menjalani long distance relationship, plus serius memikirkan hidupnya. Bagi saya, dia punya kekuatan yang nggak terduga. Laki laki yang bertanggung jawab dan penuh rencana. Nggak terlalu ngoyo sama yang ia kejar, tapi punya tujuan. Caranya santai tapi ada sesuatu yang kongkrit di depan. Terlihat go with the flow tapi dengan caranya dia bisa membuat flownya sendiri. Nggak tau kenapa, saya yakin dia akan jadi orang yang sukses kedepannya.
Dia merasa hidupnya gitu gitu aja. Nggak terlalu naik ataupun turun. Memang iya. Mungkin Tuhan tahu, Luki ini naik roller coaster di dufan aja takut. Gimana kalau hidupnya yang kayak roller coaster. Bisa muntah muntah dia. Makanya, hidupnya terkesan lempeng. Tapi sebenarnya, kedataran hidupnya ini hanya dia yang bisa merasakan. Dia membuatnya menjadi jalur yang nyaris rata. Mind set nya membuat hidupnya terkesan rata. Padahal cukup naik turun. But he can make his life as simple as he wants. Great, right? Luki adalah sahabat cowok saya yang sudah melihat saya tertawa sampai nangis hingga beneran nangis. Dia itu magnet tawa. Di mana ada dia pasti ada tawa. Nggak jarang random things yang dia lakukan bikin orang tertawa tanpa dia bermaksud melucu. Dia orang yang menyenangkan-atau paling menyenangkan-dalam hidup saya. Really hate to admit it, but this is the fact about him.

Mr. Perfect: Juliansah Tridarta
Yuda, begitu dia dipanggil. Mahluk satu ini saya rasa bagai malaikat, deh. Dari pertama kali lihat, saya begitu mengaguminya. Tiap dia lewat saya sesak nafas. GANTENG BANGET! Hidungnya mancung, alisnya tebal, bulu mata lentik, matanya coklat, dengan bibir memerah. Walaupun dia pendek, tapi it's not a big deal, or is it? But anyway, setelah saya mengaguminya cukup lama, at the end dia jadian sama Dee. Saya setuju banget, walaupun sekarang mereka sudah putus, tapi tetap saja saya setuju kalau mereka balikan. *oops*.
Semakin lama saya mengenalnya, ternyata gantengnya Yuda nggak hanya pada fisik. Hatinyapun luar biasa baik. Cowok paling baik yang pernah saya temui. Tapi semua kebaikan dia nggak membuat dia jadi pribadi kaku yang serius. Justru banyak banget sisi sisi bodoh, konyol, yang melekat di dirinya. Saya dan dia mengakui, kadang kami ini seperti memiliki satu otak. Banyak banget miripnya. Ini dibuktikan dengan psikotest online yang kami kerjakan. The result is almost same. Gila sih! Dia nggak pernah merasa sempurna, walaupun bagi saya dia sempurna. Ganteng, baik, berwawasan luas. Apa ya kekurangannya? Tick tock tick tock, it is all covered by his kindness. 
Baginya, keluarga itu nomor satu. Terutama ibunya. Dia pernah menulis sebuah quote yang menyentuh banget. "A thousand people looking for a job. But have you ever heard the job that requires you a job to work non stop, 24 hours a day, no holiday every year and without getting paid? That's what your mom always do. She's only need your love, smile, and hug." Dia post quote itu di instagramnya, sambil memamerkan fotonya merangkul ibunya. Bisa melihat kan kalau dia orang yang baik dan tulus? Dia mengajarkan saya banyak hal. Tentang bagaimana cara melihat, menjalani hidup tanpa penyesalan. Berhubung banyak kesamaan antara saya dan dia, pasti dia juga punya sisi kekonyolan. Bercandaan yang hanya kami yang mengerti. Kami pernah hujan hujanan, makan mie goreng 3 sekaligus, curhat di atas kosan, sama sama dimarahi oleh Mrs. Always Right alias Dee. Hahaha.. It was so great to know him anyway. Dia selalu merasa dirinya kurang punya faktor luck. Tapi buat saya, dia itu beruntung merasakan semuanya. Dibangun mentalnya secara cepat oleh Tuhan. Ditemukan pada sisi pahit hidup di usia muda. Ini yang membuatnya akan menjadi orang yang sangat kuat dan berhasil. Dia akan tau gimana menghadapi hal hal yang sulit untuk dihadapi. That is Yuda, Mr. perfect.

Pejuang: Radityo Egy Tiandono
Ramah banget. Itu kesan pertama saya. Waktu itu saya masih masa ospek. Dia satu fakultas tapi beda jurusan dengan saya. Dia bisa mengajak saya ngobrol, tanpa canggung dan langsung nyerocos. Saya baru dekat setelah ia satu kosan dengan Luki. Semakin lama semakin kenal. Dibalik senyumnya dan tawanya yang kadang ganggu, hahaha, dia ternyata orang yang sudah ditempa lama. Dia banyak mengalami naik turun. Meski pernah jatuh, itu semua nggak menjadi alasan buatnya untuk tetap di bawah. Dengan caranya, dia bisa merangkak naik, naik, dan naik.
Saya pernah melihatnya menangis, jatuh. Saat itu, ceritanya membuat saya berkaca kaca. Tapi tepukkan di punggungnya saja sudah bisa membuatnya untuk bangkit. Setidaknya mencoba bangkit. Kadang, saya merasa ada sisi yang sama antara Radit dengan Dhita. Mereka sama sama pejuang. Terbentuk oleh keluarga, terbentuk oleh kerapuhan yang membuatnya kuat. Hmm, kayaknya kalau mereka bersatu, semua yang menghalangi bakal ambruk dengan sekejap deh. Ada garis merah yang sama antara mereka. Yang kalau ditarik lagi, ada juga saya di garis itu. Walaupun mereka nggak pernah paham, tapi saya belajar dari cara mereka. Toh sampai saat ini, semua masa lalu Radit nggak membuatnya tersungkur diam. Dia terus bergerak. Perlahan tapi terus naik.
Radit ini juga orang yang pemaaf. Kami tetap menjadi sahabatnya meskipun kami sering banget lupa ulang tahunnya. Tanggalnya kurang catchy kayaknya. Hahaha.. Padahal sudah terpampang di plat mobilnya. Tapi itu bukan berarti kami nggak menganggapnya sahabat. Dia itu sahabat. Because he stays with us, no matter what. And personally, i will do the same. And i will prove it. Mungkin Radit nggak berpikir saya sesayang ini dengannya. Tapi dia boleh kok mengetes kesetiaan saya. Karena saya tau, tanpa ia sadari, dia selalu ada disaat yang tepat. Tanpa ia tahu dan tanpa saya bicara, dia bisa bercerita dengan komposisi yang pas dengan suasana yang saya alami. Tanpa kemauannya, dia memberi saya solusi. Mengapa dia saya sebut pejuang? Karena dia terus berjuang membuktikan bahwa dia bisa merangkak ke atas. Dan mungkin sekarang dia belum di puncak. Tapi dia nggak pernah menyerah untuk mendaki. Dia menancapkan pasak pasaknya untuk terus melangkah ke atas. Saya yakin itu.

Merekalah sahabat terbaik saya. Plus Bairy tentunya. Mereka tahu bahwa jarak nggak akan mematahkan kami. Mungkin sekarang, seiring dengan berjalannya waktu, intensitas itu sudah berkurang. Tapi saat bertemu, tawa cerita nggak akan pernah putus. Kami semua menerima kami sebagaimana kami. Tanpa judging satu sama lain. Kami menerima masing masing dari kebaikan dan keburukannya. Kayaknya kalau tiba tiba ada yang merubah keburukannya menjadi kebaikan, kami justru harus beradaptasi ulang. Kami semua berbeda, tapi itu yang membuat kita saling menggandeng dan bersatu. Saya harap kami semua bisa terus berjalan di jalan masing masing namun tetap beriringan. Hingga nanti, kami akan kumpul di masa emas kesuksesan bersama. Hingga nanti, saat kami renta dan duduk minum teh khas tradisi jompo. Tetap saling menguatkan dari dunia yang merapuhkan. I love you, mates!

Untuk kesayangan saya, Oky, Dhita, Nindya, Luki, Yuda, dan Radit.

Saya Shilla Dipo, ciao!

Thursday, August 28, 2014

Bairy Octo: My Golden Retriever (part 2)

Wah, hari ini benar-benar juara! Bukan karena indah banget, tapi juara isengnya. Pagi ini saya sudah "dikerjai" oleh mika, vespa saya. Lagi enak melaju cepat tiba tiba saja mesin ngadat dan nggak mau menyala. Terpaksa saya tinggal dan naik ojeg. Anyway, di sini saya nggak mau bicara soal mika. Saya mau kembali bercerita tentang kesayangan saya, Bairy.

Terakhir saya bercerita bahwa Bairy, saya dan Dee akhirnya satu rumah. Yeay, saya punya rumah! It was not just a house but home for us. Mungkin bisa dibilang rumah itu rasanya seperti sweet escape. Saya bebas pulang jam berapa saja, punya anjing impian, dan tinggal bersama Dee. Dari dulu saya pengin bisa mengontrak bersama teman. Dan semua itu terwujud.

Selama di kontrakan, kenangan saya dan Bairy cukup banyak. Pernah waktu umurnya menginjak 7 bulan, saya marah besar dengannya. Waktu itu saya pulang kuliah. Tiba tiba saya dikagetkan oleh cerita tetangga saya. Katanya, Bairy menggigit seekor anak kucing sampai mati. Wah, saya benar-benar memarahinya. Sepertinya dia paham betul akan kemarahan saya, deh. Karena sejak saat itu, dia nggak pernah galak lagi sama kucing. Bahkan sekarang, saya sering melihatnya makan romantis sepiring berdua dengan kucing di sekitar rumah. Kadang malah threesome. Benar benar anjing yang aneh.

Oh iya, Bairy itu paling takut sama gelap, suara petasan, suara bedug, suara galon, dan hujan. Pernah pada suatu hari, Dee lagi ke Lampung. Saya berdua dengan Bairy. Dia di halaman dan saya di kamar. Tiba tiba saja mati lampu! Wah, saya paling nggak bisa tidur deh, kalau mati lampu. Saya pun takut gelap kalau sendirian. Akhirnya saya ajak Bairy masuk. Dia langsung naik ke atas sofa. Saya ikut duduk di atas sofa. Bodohnya, Bairy nangis. Padahal umurnya sudah 1 tahun. Saya memeluknya karena takut juga. Akhirnya, saya dan Bairy tidur di ruang tamu berdua. Meski kami sama sama takut, tapi tetap saling melindungi kan?

Meskipun Bairy seekor anjing, tapi dia pun punya etika kalau mengambil makanan. Waktu itu, saya lagi makan. Rencananya saya mau makan saat Bairy sedang makan. Salahnya, saya menaruh piring di lantai. Padahal Bairy sedang ada di situ juga, makan makanannya. Saya tinggal sebentar untuk mengambil minum. Oh iya, menu makanan saya waktu itu adalah ayam, tahu dan tempe. Pas saya balik, saya menyadari tahu saya ilang. Saya langsung melihat ke arah Bairy. Dia lagi makan tahu saya. Saya tertawa dan mengelusnya sambil bilang, "baik banget sih, ngambilnya tahu, bukan ayamnya." Padahal logikanya, anjing akan mengambil ayamnya dong. Itu lah Bairy. Si anjing sopan.

Buat saya, Bairy juga bijaksana. Setiap saya curhat, ia selalu mendengarkan saya. Ia duduk di hadapan saya. Mendengarkan semua cerita saya, bahkan saat saya menangis. Lalu setelah selesai bercerita, ia pasti meletakkan tangannya ke paha saya. Nggak jarang ia berusaha mencium jidat saya lho. Ingat, bukan menjilat. Mungkin Bairy tahu saya orang Muslim. Dia nggak pernah menjilat, hanya mencium. Bijaksana, kan? Tanpa bicara (kalau bicara serem sih) dia bisa menenangkan saya. Dengan caranya, ia seolah bilang, "easy, everything will be okay."

Selama saya di Jatinangor, Bairy juga sering iseng, lho. Contohnya, saya dan Dee sedang tiduran berdua di kamar. Ketawa-ketawa atau sekedar ngobrol banyak hal. Dia bisa tiba-tiba masuk dan tiduran di antara saya dan Dee. Seolah ingin ikut dilibatkan. Pernah juga Dee lagi mencari sweater Zara barunya. Sayangnya, saya menemukan itu saat sedang dikubur oleh Bairy. Senangnya, Dee pun nggak marah. Ia tahu kalau Bairy nggak ngerti kalau Zara itu mahal. Dia hanya iseng. Saya dan Dee hanya tertawa melihat tingkahnya.

Bagi saya, Bairy itu tampan. Dia nggak besar seperti anjing Golden Retriever jantan lainnya. Wajahnya juga lembut dan sama sekali nggak galak. Matanya penuh kasih sayang. Ia selalu seperti anak anak. He will never be a "man". He always be my boy. Mungkin ini yang membuat semua orang sayang Bairy. Buktinya, ia dibelikan dasi oleh Mami, mamanya Dee. Dan mama saya sering berfoto dengannya. Seperti foto di bawah ini. He is so handsome right? Yeah, he is my kid..


Balik lagi nih, ke aksi isengnya. Waktu itu saya sedang jalan sore bersama Bairy. Nah, di dekat rumah saya itu ada tanah kosong. Makanya, saya dan Bairy main di sana. Saya sengaja melepasnya agar ia bisa berlari bebas. Karena di Jatinangor sering ada kerbau, Bairy jadi sok akrab mungkin. Dia mendekati anak kerbau sambil menggonggonginya. Saya berdiri dan mulai memanggil Bairy untuk menjauhi si kerbau. Tapi telat. Bairy berlari kencang menuju saya sambil dikejar kerbau! Hasilnya, saya pun ikut lari. Berhubung saya gendut, jadi lah lari saya lambat. Bairy menyusul saya dan segera masuk pagar rumah. Sementara saya berusaha untuk nggak diseruduk kerbau. Untungnya saya masuk rumah tepat waktu. Kami berhasil lolos dari kerbau. Hah bodoh banget!

Karena banyak hal, saya harus berhenti mengontrak. Saya akhirnya kos di Betang Asri bersama Bairy. Sayang, dia harus diikat dan diletakkan di belakang. Seminggu pertama, ia selalu menangis dan menggonggong. Saya selalu ditegur penjaga kosan. Ini membuat saya selalu memarahi Bairy. Tapi saya rasa itu harus dilakukan walau saya nggak mau. Setelah memarahinya, muka Bairy pasti terlihat ketakutan dan sedih. Makanya, saya selalu nangis di kamar setelah marah. Saya merasa gagal menjadi sahabatnya. Saya sedih banget. Pernah suatu hari, sekitar jam 2 pagi, saya ke belakang untuk membawa Bairy ke kamar. Kami pun tidur bareng. Jam 5, saya akan mengembalikannya ke belakang supaya nggak ketahuan penjaga kos. Lumayan berhasil, sampai akhirnya ada kebijaksn dari kos kosan bahwa seluruh penghuni kos nggak boleh memelihara anjing. Terpaksa, saya harus berpisah dengan Bairy. Saya membawanya ke Jakarta. Bairy di rawat di rumah. Lega karena ia nggak lagi harus diikat, sedih karena kami harus berpisah.

Saat di Jakarta, ia menjadi kurus. Bulunya pun rontok. Sedih banget, tapi saya nggak bisa banyak berbuat. Tiap saya mau balik dari Jakarta ke Jatinangor, saya selalu sedih. Soalnya, tiap saya mau memasukkan barang barang ke dalam mobil, pasti ia berpikir kalau saya akan mengajaknya. Buntutnya bergerak senang. Sampai akhirnya saya pergi, saya selalu mendengar gonggongannya. Padahal saya sudah jalan. Kadang saya nangis di mobil. Saya mellow banget kalau sama Bairy.

Tapi untungnya, meskipun banyak hal yang seolah berusaha memisahkan saya dan Bairy, kami tetap bersama sampai sekarang. Sedih sih, karena saya makin susah menemukan quality time sama Bairy. Apalagi saya sudah sibuk kerja. Tapi saya senang, ia tetap menyayangi saya. Setiap saya datang, ia selalu menyambut dengan senyumnya. Nggak percaya Bairy bisa senyum? Nih fotinya... 


Oh iya, ada satu hal yang terlewat. Bairy itu nggak pernah galak sama anak kecil. Waktu itu saya lagi di rumah kontrakkan. Saya mengintip keluar dari dalam rumah. Pemandangan yang lucu banget. Bairy berdiri di depan pagar. Di luar pagar ada anak kecil lagi digendong ibunya. Si ibu ini meleng dan nggak melihat kalau Bairy sedang menciumi anaknya yang masih berusia 1tahun itu. Meskipun anak itu memukul mukul Bairy, Bairy tetap nggak menggonggong lho. Oh iya, moment Bairy dan anak kecil juga terjadi saat keponakan saya yang berumur 2 tahun tiba tiba lompat ke bagasi mobil (dulu mobil saya Honda CRV, jadi nggak ada sekat antara kursi penumpang dengan bagasi. Di bagasi itu ada Bairy lagi berdiri santai. Keponakan saya yang di bagasi, nggak bisa saya ambil. Keponakan saya ini gemes banget sama Bairy. Ia menciumi dan menjambak bulu Bairy. Tapi Bairy nggak marah. Bairy itu teman bagi anak kecil. Dia baik dan penyayang, kan. Oh iya, ini foto Bairy dan Daffa, keponakan saya.

 
Lucu banget kan? Ini foto yang paling saya suka. Bairy knows how to treat a kid.

Intinya, saya senang dan lega karena di usianya yang hampir 6 tahun, Bairy masih bersama saya. Sedihnya, ia mulai tua. Ia sudah susah berdiri untuk mengambil makanan. Ia juga lemah jantung dan pencernaanya sangat sensitif. Saya nggak tahu apa yang akan terjadi kalau usia Bairy terhenti. Entah apa yang terjadi. Wah, membayangkannya saja saya menangis. Saya hanya berharap ia selalu sehat dan bahagia. Saya juga berjanji untuk punya waktu lebih banyak untuknya. Yup, i promise!

Saya akan selalu menjaga dan menyayangi Bairy selagi ia masih ada. I love him so much.

Ps: boleh lho kalo ada yang mau kasih Bairy kado. Tanggal 20 Oktober nanti Bairy ulang tahun. Aku kasih apa ya? Kalau ada yang mau kasih hadiah atau punya ide untuk hadiahnya, kasih tahu saya ya.. Oke deh, saatnya saya tidur. Good night you, good night world, good night my baby bairy. You will always be a baby from me. 

Saya Shilla Dipo, ciao!

Sunday, August 24, 2014

Bairy Octo: My Golden Retriever (part 1)

Berawal dari kesukaan saya dengan film Air Bud,  dari kecil saya bermimpi untuk punya anjing dalam film tersebut. Tapi dulu, anjing saya adalah pomeranian dan pernah punya anjing kampung juga, yang akhirnya dikasih ke tukang sampah tanpa sepengetahuan saya. Sebal deh waktu itu. Walaupun dia anjing kampung, tapi sumpah, dia sayang banget sama saya. Maaf ya Collin.

Okay, lanjut ke mimpi saya punya Golden Retriever. Seperti yang saya bilang di blog yang berjudul Oh Jatinangor, saya akhirnya punya anjing ras ini atas dasar kenekatan saya. Begini ceritanya...

Dulu, waktu saya ngekos di Rumah Kuning, saya sering banget menghabiskan waktu dengan salah satu sahabat saya, Rizki Nindya Utami alias Dee. Dia suka banget sama anjing, tapi nggak pernah punya kesempatan untuk punya. Berawal dari iseng menunjukkan iklan iklan jual anjing, akhirnya saya dan dia jadi pengin banget punya anjing. Tadinya Dee mengusulkan untuk punya anjing kecil. Tapi saya benar benar pengin punya Golden Retriever. Susah banget untuk menemukan yang cocok. Sampai ada sebuah iklan di situs www.tokobagus.com (sekarang www.oxl.co.id) yang menawarkan anak anjing Golden Retriever, jantan, DOB 20 Oktober 2008, warna golden. Saya masih ingat, anak anjing Golden ini sedang menyusup di semak semak. Sungguh tampak bodoh. Setelah menghubungi si pemasang iklan, akhirnya saya dan Dee memutuskan untuk melihat langsung di daerah Bekasi Timur. Setelah menyewa mobil, saya dan Dee menuju Bekasi Timur.

Butuh waktu untuk menemukan alamat si penjual. Begitu sampai, saya dan Dee langsung disambut oleh suara gonggongan kecil. Ternyata, itulah anak anjing yang saya lihat di foto. Tampak kurus, tapi menggemaskan. Anjing ini mengendus saya dan Dee, lalu ia pergi mengambil bola tennis. Saat melihatnya, saya yakin, anjing ini untuk saya. Yup, sepertinya saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa banyak babibu, saya membelinya. Anjing itu duduk canggung di kursi belakang. Sesekali saya mendengar suara tangisnya. Mungkin masih asing kali ya. Nah, kata si penjual, anak anjing bernama Barry ini, suka sekali sozzis. Untuk membuatnya nyaman, saya belikan sozzis. Saya lettakan di belakang dan Barry nggak mengendusnya sedikit pun. Dee yang saat itu masih agak takut anak anjing, mencoba memangku Barry dan menyuapinya sozzis. Perlahan, ia pun memakannya.

Pintarnya Barry ini sudah terlihat saat tiba tiba ia lompat ke pangkuan saya yang lagi nyetir. Karena kaget, saya pun nabrak pembatas jalan di kawasan MT Haryono. Saya kesal dan langsung berhenti di kiri jalan untuk melihat body mobil. Penyok! Untung saja setelah saya pukul dari bagian dalam ban, penyok itu hilang. Kekuatan saya setara dengan ketok magic sepertinya. Nah, pas saya masuk ke mobil, tiba tiba saja Barry memberikan kaki kanan depannya seolah minta maaf. Dia anjing pintar!

Di perjalanan, saya dan Dee memikirkan nama baru untuknya. Setelah dipikir pikir, akhirnya kami tetap menggunakan nama Barry. Bedanya, tulisan Barry diganti menjadi Bairy. Supaya jarang dan nggak ada yang menyamainya. Karena ia lahir di bulan Oktober, saya beri ia nama Bairy Octo. Sebenarnya saya menambahkan nama Dipodiputro, tapi itu nama keluarga saya. Takut aja ada yang nggak terima. Tapi buat saya, nama panjang Bairy adalah Bairy Octo Dipodiputro. Oh iya, saya resmi menjadi sahabatnya pada tanggal 5 Januari 2009. Ini dia foto Bairy kecil yang saya punya...


Iya, itu Bairy saat usianya 2.5 bulan. Lucu, kan? Keberadaannya di hidup saya membuat saya malas kuliah saat itu. Soalnya, setiap saya kuliah, dia pasti menggonggong dan nangis. Saya kan, nggak tega. Pernah nih, pada suatu hari, saya meninggalkannya kuliah. Saat saya pulang, Bairy menghilang. Wah, saya panik bukan main. Setelah mencari cari, saya mendengar tangisan kecilnya. Ternyata dia ada di dalam kamar mandi! Sepertinya dia iseng, masuk ke kamar mandi. Karena ada angin, pintu kamar mandi ketutup. Jadilah ia terkunci di dalam. Hahaha.. Bodoh.

Selain tangisannya, kemalasan saya masuk kuliah juga disebabkan susah tidur saat malam hari. Soalnya, waktu Bairy kecil, dia sering sekali tidur. Jadi, saat malam datang, dia justru aktif. Pernah nih, suatu malam saya dengar ia menggonggong. Hanya suaranya, karena saya nggak melihat dia ada dimana. Ternyata dia terjebak di bawah kasur. Bisa masuk, tapi nggak bisa keluar. Belum lagi kegemarannya membawa panci makannya. Sunggu ribut. Soalnya ia kesusahan menggigit panci itu. Jadi berkali kali jatuh dan suaranya berisik.

Saat usianya 4bulan, saya dan Dee sadar kalau Bairy nggak mungkin terus tinggal 1 kamar dengan saya. Ia semakin besar. Saya pun sudah diminta untuk keluar kosan oleh si penjaga. Ia, saya diusir. Haha.. Akhirnya saya dan Dee memutuskan untuk mencari kontrakan. Saya resmi pindah di bulan Mei. Senang rasanya Bairy punya tempat tinggal yang lebih layak.

Masih banyak cerita saya dengan Bairy. Tapi untuk sekarang, cukup sampai di sini dulu. Pasti akan saya lanjutkan segera. Kalau dulu saya punya quote, "he'll never know how much we love him" sepertinya sekarang saya punya quote baru. "I will never know, how much he loves me." Because a dog loves his master more than he loves his self.. :')

I love you, Bairy..

Saya Shilla Dipo, ciao!

This activity would never be done: DIET (part 3)

Semalam saya ngantuk sekali. Soalnya baru sampai rumah sekitar jam 00.30. Rasanya lemas badan saya. Pagi ini saya bersiap untuk nge gym. It is not a part for being smaller but for being healthier. *yearight*.

Okay, setelah saya ngegym, mari dilanjutkan. Sampai di mana ya kemarin? Kalau nggak salah saya lulus kuliah. Iya, saya coba nggak makan nasi. Selalu makan sayur, say goodbye to nasi padang, nasi gudeg, indomie, sop kambing, dan lain lain. Saat itu saya turun beratnya, dari 118kg menjadi 101kg. Saya melakukannya selama 6 bulanan. Hebat, kan? Hahaha...

Tapi masuk menjadi salah satu redaki di Majalah GADIS bikin diet saya sungguh berantakan. Masalahnya, saya masuk setelah Lebaran. Banyak banget makanan di kantor. Kiriman dari si A, B dan C. Belum lagi waktu Majalah GADIS ulang tahun pada bulan November. Makanan yang menggunung membuat lemak ditubuh saya ikut menggunung. Zut, berat saya kembali meroket hingga 114kg kalau tidak salah. Banyak banget celana yang menyempit. Sedih rasanya. Diet saya 6 bulan itu sepertinya benar-benar nggak berguna.

Makanya, sekarang saya memulai lagi. Setelah 2 minggu menjalani diet sop, berat saya nggak kunjung turun. Sedih banget, lho. Biasanya diet ini paling manjur. Atau mungkin sudah nggak cocok, ya. Nah, di minggu ke-3 ini, saya sedang menjalani program baru. Saya mengganti asupan nasi dengan oatmeal. Menurut 2 orang teman saya, Leoni dan Anne, diet ini cukup ampuh. Okay, saya akan mulai mencobanya besok. Tapi diet saya agak lebih ekstrim. Selain mengganti asupan nasi dengan oatmeal, saya juga menghindari gorengan, santan, dan garam.

Meskipun nggak mungkin bisa 100% lepas dari 3 jenis makanan ini, tapi saya akan mengurangi dalam jumlah banyak. Jadi, dalam seminggu, mungkin gorengan akan masuk ke perut saya tiap hari Minggu. Tetap harus ada cheating day dalam seminggu kan?

Oh iya, bagi yang mau mencoba cara diet saya, mungkin bisa saya share di sini cara memasak rebusan supaya lebih enak.

Ayam rebus
Siapkan:
1/2 dada ayam tanpa tulang
Jahe
Merica
Cara memasak:
Masak air hingga mendidih. Smack jahe dan masukkan ke dalam air tersebut. Masukkan ayam, dan beri merica secukupnya. Tutup panci agar aroma jahe meresap ke daging ayam. Tusuk ayam untuk mengetahui apakah ayam sudah benar matang atau belum. Ganti air untuk merebus ayam agar lemak dari ayam benar-benar terbuang. Didihkan lagi airnya. Setelah selesai, buang air untuk merebus ayam. Letakkan ayam di piring. Ayam rebus tanpa garam, siap disantap.

Tahu atau Tempe
Siapkan:
Tahu atau tempe
Lengkuas
Laos
Serai
Cara Memasak:
Masak air hingga mendidih. Smack lengkuas, laos, dan serai. Masukkan ke dalam air mendidih. Masukkan tahu dan tempe. Tutup panci agar aroma bumbu meresap. Saring air, dan tahu tempe siap disajikkan dan tentunya di makan.

Supaya lebih mudah, beli oatmeal yang diseduh, bukan dimasak. Jadi, cukup campurkan oatmeal dengan air panas saja. Jangan tambahkan susu ataupun gula ya. Rasa lauknya sudah cukup menghilangkan raa hambar oatmeal kok.

Oh iya, jangan lupa minum banyak air putih, olahraga, dan dalam satu minggu, pilih hari untuk minum susu non fat. Untuk olahraga, perbanyak cardio agar lemak dan air di tubuh berkurang. Kalau mau latihan beban, lakukan secara perlahan, ya. Kata PT saya dulu di Celfit sih, cara pelan pelan ini lebih optimal untuk membakar lemak.

Saya baru mau mencoba ini besok. Kalau ada perubahan dari tubuh saya, pasti saya akan follow up, kok.

Dan begitulah proes diet saya. Semoga kali ini saya bisa berhasil ya.. Saya kangen banget punya berat 2 digit. Hehe..

Oh iya, untuk memotivasi, saya punya quote entah dari siapa.
"If you keep doing this, you won't regret. If you stop it, you will." -Unknown

Saya Shilla Dipo, ciao!

Friday, August 22, 2014

This Activity Would Never Be Done: DIET (part 2)

Masih bicara hal yang sama dengan sebelumnya. Hal yang saya lakukan lebih dari separuh hidup saya, DIET. Setelah melihat effort saya di masa SD dan SMP, saya akan coba memaparkan dengan jelas diet saya di masa SMA, kuliah dan sekarang. Saya masih ingat berat saya waktu kelas 1 SMA. Waktu itu kalau tidak salah jarum timbangan menunjukkan angka 78kg. Tetap gendut tapi jauh lebih mending dari yang sekarang. Kayaknya saya nggak diet deh, saat itu. Dan ternyata betul lho, bahagia berbanding lurus sama berat badan. Semakin kita bahagia, semakin banyak makan. Atau itu cuma saya ya? Kayaknya sih, gitu. Tapi itu berlaku banget buat saya yang waktu itu nggak mikir diet. Walhasil di kelas 2 timbangan saya naik drastis ke angka 90an. Banyak banget naiknya. Dan kebahagian saya semakin bertambah di saat itu. Semester 2, saya memasuki 3 digit di timbangan. Seperti film dalmatian, 101. Di masa SMA ini diet saya sangat angot angotan. Sebentar diet, turun 5kg, naik 10kg. Bikin saya nggak mau liat timbangan. Kayaknya itu jadi musuh saya deh.

Angka timbangan yang nggak pernsh saya kontrol bikin saya makin gila di kelas 3. Dengan dalih mau ujian dan butuh konsentrasi tinggi, saya nggak mau membiarkan perut saya lapar. Walhasil, begini jadwal makan saya:
Breakfast:
Sarapan di rumah. Bisa nasi, cereal, roti, mie dll.
Snack (istirahay pertama):
Gorengan atau kebab atau crepes
Lunch (istirahat kedua):
Nasi dan lauk lengkap atau mie ayam
Snack (pulang sekolah):
Indomie atau burger
Dinner (istirahat les bimbingan belajar):
Nasi
Late dinner (sampai rumah):
Gadoin lauk. Mulai dari ayam, sayur, dll.

Tuh, bisa dihitung berapa kali saya makan dalam sehari. INSANE! Perut saya kayak nggak pernah kenyang. Lapar lapar lapar dan lapar. Tahu nggak apa yang terjadi? Timbangan saya......mencapai...... SERATUS TIGA PULUH DUA kilogram!!! Setara dengan berat 1kwintal beras ditambah anak SD kelas 3 atau 4. Sakit jiwa! Wah, kalau ingat bentuk saya saat itu....abstrak, nggak berbentuk.

Libur berbulan bulan sebelum masuk kuliah, saya pakai untuk diet. Saya olahraga setiap pagi. Melakukan diet dengan burn fat soup. Resepnya dari dokter, maaf nggak bisa saya bagi di sini resepnya. Tapi intinya, sup ini tanpa garam dan nggak enak. Bosan dan bikin jenuh. Tapi gambarannya, begini menunya:
Hari pertama
Sup dan buah
Hari kedua
Sup, sayur hijau, kentang bakar atau rebus
Hari ketiga
Sup, sayur dan buah
Hari keempat
Sup, sayur, buah, susu
Hari kelima
Sup, sayur, daging
Hari keenam
Sup, tomat, daging
Hari ketujuh
Sup, nasi merah, sayur, buah.

Dan dengan ini, saya turun 11kg dalam waktu 2 minggu saja. Keren kan? Tapi sumpah, diet ini sangat susah. Kalau nggak kuat, lambung bisa sakit, jantung berdegup, dan kepala pusing. Berujung pada kondisi lemah dan lemas pada tubuh. Tante saya saja, cuma kuat 3 hari! Hh hidup saat itu saya rasa sangat berat, meski nggak seberat tubuh saya, sih. Sampai lah berat saya di 123 kg saat itu. Angka itu bertahan hingga peristiwa naas diawal kuliah, membuat saya semakin kurus.

Seperti yang saya bilang, saya kuliah di Jatinangor dengan makanan nggak sehat dan membuat saya terserang diare berkali kali. Selain itu, benar deh, sedih itu biss bikin kurus. Hal naas pun terjadi. Saya putus dengan pacar saya. 61 bulan saya dan dia bersama. Berakhir karena......intinya ditunggal nikah, lah. Rasa sakit itu membuat saya turun hingga di angka 108kg. Benar kan, tingkat kebahagiaan itu berbanding lurus dengan berat badan. Saat kebahagiaan menurun, timbangan saya pun menurun. Semua ada hikmahnya.

Di kuliah, kembali saya melakukan diet sop. Hasilnya gagal. Selalu melanggar. Singkat cerita, saya lulus dengan berat 125kg. GILA KAN? Ya tapi itu lah yang terjadi. Tapi saya menemukan motivasi lagi untuk kurus pada saat itu. Gossipnya, orang gendut susah cari kerja. Selain masalah penampilsn yang kurang oke, biaya kesehatan sepertinya bisa membuat perusahaan rugi deh, kalau untuk orang gendut. Makanya, lagi lagi saya diet.

Mungkin lanjut di part 3 nih. Besok saya akan lanjutkan lagi. Dari bagian kedua, saya menyimpukkan kalau kebahagian berbanding lurus sama berat badan. Itu saja, lah.

Oksy kalau gitu, saya pamit.

Saya Shilla Dipo, ciao!

Wednesday, August 20, 2014

This activity would never be done: DIET (part 1)

Let's talk about diet. 4 huruf, 1 kata, dan bikin mati. Dari katanya saja, DIET, jelas tertulis DIE! Saat menjalankannya benar-benar bikin mau mati. Atau mungkin saya yang salah? Tapi sebelum men-judge saya, yuk, coba tengok kegiatan yang saya lakukan bertahun tahun ini.

Saya mulai gendut sejak SD. Bukan, badan saya nggak gendut yang semok alias seksi dan montok. Gendut saya itu ya G-E-N-D-U-T dalam arti yang sebenarnya. Ibarat sepak bola, saya pasti selalu di priwitin sama wasit, offside! Saya nggak menghina diri sendiri. Hanya sadar diri dan bicara jujur sejujur jujurnya. Bicara sesuai dengan realita yang ada, tanpa bumbu dramatisir. Dengan tinggi 165cm, seharusnya berat 70 pun saya yakin masih terlihat bagus. Tapi sayang, berat saya itu saat ini adalah 70 ditambah beras 20kg ditambah 15 kg. Silahkan bagi yang gemar menghitung untuk menemukan hasilnya. Itulah berat saya. Berat, kan? Jelas!

Balik lagi di jaman SD. Untuk ukuran SD, berat saya sudah melampaui batas pada waktu itu. Karena itu, ibu saya, yang nggak gendut sama sekali, membawa saya ke ahli gizi di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Saya masih ingat menu makanan saya pada saat itu. Saya akan paparkan, siapa tahu ada yang minat untuk menjalankannya.
Breakfast:
Selembar roti panggang dan secangkir teh atau kopi tanpa gula, tanpa susu.
Snack:
1 buah apel
Lunch:
Setengah porsi nasi, sayur, dan protein (jangan goreng gorengan)
Snack:
1 buah pisang
Dinner:
1/4 porsi nasi dan sayur.

Nggak lupa si dokter juga memberi saya obat sebesar ujung ballpoint (bagian belakangnya). Saya masih ingat, kapsul itu berwarna orange.

Itu saya lakukan waktu berat saya 60kg dan duduk di kelas 5 SD. Berat kan untuk ukuran anak SD? Banget! Saya menjalani itu sekitar setengah tahun. Hasilnya, gagal total. Bukan karena salah si dokter, melainkan saya sendiri. Gimana nggak, sebagai anak SD, jajanan SD adalah hal yang paling ditunggu saat pulang sekolah. Mulai dari kue cubit, laba-laba, gorengan, telor SD, macaroni SD, es es an, sampai nasi goreng kambing dan mie ayam SD saya yang enak banget! Tentu, saya tergoda. Apalagi waktu SD, saya juga banyak kegiatan. Ekskul, berenang, les, dan banyak lagi. Ekskul saya saja nggak cuma satu. Jadi sambil nunggu dari jam pulang sekolah ke jam ekskul, apalagi yang bisa saya lakukan selain makan siang, kan. Yah, kadang main bentengan, sih. Tapi makan tetap yang utama. Jadi iya, setengah tahun saya, dan uang orang tua saya, terbuang percuma.

Lanjut ke SMP nih.. Masa puber itu memang masa yang sucks banget bagi orang gendut. Tiap mau datang bulan, nafsu makan saya yang seperti babi ini, bisa bertambah seperti nafsu makan panda. Banyak banget! Tiap ditanya, alasan PMS menjadi gacoan saya. Apalagi, saat kelas satu dulu, di depan saya ada jualan kentang bumbu. Endes ngets. Waktu itu saya lagi keranjingan dengan minuman  bersoda. Soalnya, saya sekolah siang dan untuk menuju sekolah, saya biasanya berjalan kaki. Otomatis panasnya suhu Jakarta di siang hari itu bikin saya haus berlebih. Sebotol coke ditambah camilan kentang bumbu sungguh menggoda, kan. Nah, saat ini lah saya menjalani terapi akupuntur. Setiap seminggu 2 kali, jarum-jarum itu menusuk di telinga, perut, dan tangan. Lalu aliran listrik pun menyengat tubuh saya. Pantangan makannya adalah nggak boleh soda, gorengan, dan junk food. Sumpah, susah banget. Di saat ini juga saya punya pacar yang tambun. Hobby dia mengajak saya makan wendy's, KFC, dan Pizza Hut. Menurut nganaaaa?! Hasilnya kacau.. Saya tetap nggak bisa menjalani dengan tekun. Untung saya dibantu dengan kegiatan di ekskul Paskibra yang membuat berat badan saya stabil di angka 70an. Itu pun berat untuk ukuran anak SMP.

Sebelum lanjut ke bagian SMA, kuliah, hingga bekerja sekarang ini, ada satu kesimpulan sementara. Mungkin namanya hipotesis, ya. Kalau untuk anak kecil dan ABG, disiplin diet itu sungguhlah sulit. Aktivitas yang banyak bikin perut gampang lapar. Jadilah kegendutan dan membuat badan tak berlekuk dan bersudut. Kayaknya, memperbanyak aktivitas adalah jalan satu satunya untuk membantu diet ABG, deh. Jangan kebanyakan golar goler saja kalau weekend. Mungkin ada baiknya mengajak berenang, main basket, atau memperbanyak berlarian. Sayang, dulu saya nggak melakukannya.

Okay, lanjut di part 2 ya.. Saya ngantuk setelah liputan di Street Ramyun di mana saya menghabiskan 1 panci Ramyun. Kenyang dan senang.. Okay, selamat tidur!

Saya Shilla Dipo, ciao!

Monday, August 18, 2014

Oh Jatinangor

Saya sudah sempat cerita kan, di mana saya bekerja? Iya, saya adalah seorang redaksi majalah remaja, Majalah GADIS. Jauh sebelum saya bekerja di sini, saya pernah menjadi anak SMA yang bingung harus kuliah di mana. Perjuangan saya nemuin tempat kuliah yang cocok itu lama, lho. Berawal dari keinginan saya untuk kuliah di luar kota. Waktu itu ibu saya nggak mengijinkan. Iya, dia khawatir berlebih. Kayaknya banyak deh, ibu-ibu di luar sana yang mengalami hal seperti ibu saya saat anaknya lulus SMA. Setelah nama-nama universitas yang saya inginkan keluar, satu-satunya yang diperbolehkan adalah ITB. Tapi nekat, saya juga mengisi formulir tes masuk UNPAD. Toh sama sama di Bandung, pikir saya waktu itu.

Singkat cerita, otak saya sepertinya nggak cocok di ITB dan membuat saya nggak diterima di semua fakultas yang diinginkan. Nasib! Tapi di UNPAD, saya justru masuk. Yup, saya resmi jadi mahasiswi Universitas Padjadjaran di Jurusan Hubungan Internasional. Saya nggak pernah menyangka kalau kampus untuk jurusan HI berada di sebuah kecamatan kecil di daerah pinggir Bandung, Jatinangor. Pertama kali melihat Jatinangor, otak saya dipenuhi sebuah pertanyaan, "sanggupkah gue tinggal di sini?" Karena di sana nggak ada hiburan, berdebu, kotor, pokoknya nggak banget, deh. Tapi ternyata benar, don't judge the book by its cover.

Tahun pertama saya habiskan di Kosan Kuning. Letaknya di Kampung Geulis. Lingkungannya asri banget.. Kanan kiri dipenuhi pohon dan setiap jalan kaki di pagi hari, suara jangkrik selalu menemani langkah saya menuju kampus. Sejuknya udara di sepanjang jalan membuat rasa lelah hilang. Tapi jangan harap ketenangan yang sama bakal dirasakan di malam hari. Seram! Sampai sampai, tukang ojeg saja selalu mengulang lokasi tujuan saya. Nah, salah satu tukang ojeg bilang, "Kampung Geulis teh dulunya ada sekolahan. Terusna sekolahan eta kebakar. Aya 2 korban, guru na 1 murid na 1. Dua duanya awewe geulis pisan. Sejak itu, namina Kampung Geulis. Aya demit na diditu mah." Entah benar atau nggak. Seram sihhhh....

Beberapa kali saya pindah tempat tinggal. Memang, selalu ada kejadian seram. Beberapa pernah saya post di blog saya sebelumnya. Tapi dibalik keseraman itu, Jatinangor menyimpan banyak kenangan manis. Dulu, saya pernah lho, makan indomie dengan cara makan seperti mie kremes. Karena saya nggak ada uang dan kebetulan gas lagi habis. Saya juga pernah makan nasi pakai kuah sop, taro pakai nasi, nasi dan perkedel saja, hingga ngutang sampai Rp 500.000! Tapi alhamdulillah sudah lunas kok. Karena di Jatinangor juga, saya punya kenekatan untuk memelihara seekor anjing. Namanya Bairy. Banyak banget hal yang saya lewati bersamanya. Bahkan, saat uang kiriman belum ada, saya pernah beli nasi ayam suir dan makannya bagi 2 sama Bairy. Hahaha... Susah senang kita lewati bersama.

Saya akan cerita Bairy di tulisan saya selanjutnya. Sekarang, saya mau fokus dengan Jatinangor. Di kecamatan itu pula saya pernah mengalami mati listrik 24 jam, hujan hujanan naik motor, makan bubur kacang hijau jam 3 pagi, begadang sampai jam setengah 6 pagi, bahkan tidur di mobil karena mati lampu. Wah, terlalu banyak kenangan di Jatinangor. Oh iya, di sana saya juga pernah jualan risol isi carbonara. Enak banget! Hehehe.. Walaupun awalnya saya dan partner saya butuh waktu 12 jam untuk membuatnya, tapi semua kita jalanin dengan happy.

Di kecamatan itu juga saya bertemu dengan orang orang hebat. Dan tentunya, keluarga baru. Rizki Nindya Utami, Oky Rachmawati, Dhita Dwi Phangestika, Luki Ardiyanto, Juliansah Tri Darta, dan Radityo Egy Tiandono. Mereka semua adalah orang orang yang membawa saya pada perubahan yang jauh lebih baik. Sampai sekarang, ya, mereka masih keluarga saya. Saya menganggap mereka seperti "rumah" bagi saya. Terima kasih Jatinangor telah mempertemukan kami. Kami melalui banyak hal bersama di sana. Terlalu banyak sampai saya nggak bisa menceritakannya satu satu.

Oh iya, beberapa fakta lucu dan gila tentang Jatinangor juga ada lho. Ini beberapa di antaranya:
1. Di sana ada jembatan bersejarah. Namanya Jembatan Cincin. Dikenal karena keangkerannya dan juga menjadi salah satu jembatan tertua di Indonesia.
2. Jatinangor pernah banjir. Padahal wilayah dataran tinggi. Katanya sih, kebanjiran itu disebabkan mampetnya saluran air oleh kondom. Eww....
3. Jatinangor bukan Bandung. Ia sudah masuk di daerah Sumedang.
4. Banyak banget makanan murah dan enak. Tapi, kebersihannya pun nggak terjamin. Katanya, setiap mahasiswa baru pasti mengalami diare di tahun pertamanya. Ya, saya pun begitu.
5. Jatos selalu jadi tempat paling rame saat malam minggu. Soalnya, banyak orang orang dari Garut, Cibiru, Sumedang, Subang, yang main ke sini. Crowded banget deh.
6. Dulunya, Jatinangor adalah hutan karet. Waktu jaman penjajahan Jepang, katanya sih, tempat ini jadi pembuangan mayat. Pantes, horor!
7. Video mesum Ariel bersama artis artis itu pertama kali di upload di Jatinangor. Tepatnya di warnet di Jalan Sayang.
8. Kalau anak kuliah libur, Jatinangor selalu sepi. Katanya, jantung kehidupan di Jatinangor ada di tangan mahasiswa.

Kayaknya itu deh, beberapa fakta tentang Jatinangor. Pokoknya, siapapun yang masuk Jatinangor untuk kuliah, pasti punya kenangan bagus yang nggak bisa dilupakan. Teman, saudara, dan pengalaman baru. Benar benar belajar untuk saling menyayangi, melindungi. Unforgetable!

Oke deh, saya shilla dipo, ciao!

Saturday, August 16, 2014

Will I Be Yours?

Baru aja balik dari acaranya Jakarta Movement.. Capek banget saya hari ini. Mulai dari ngegym, karaoke, lanjut liputan. But anyway..selama diperjalanan pulang saya memikirkan seseorang. Dan begitu sampai di rumah, saya langsung menuliskan lirik. Yup, mau saya jadikan lagu. Judulunya sama seperti judul post saya kali ini. Sepertinua sih, di bawah ini masih lirik mentah. Tapi coba dulu, nanti kalau ada perbaikan pasti di post lagi. Okay check it out!



Hey, we meet again
In the different morning, same situation
Yes, you posses me through my brain
Oh, you make me feel this unique sensation

When you talk to me i can't hear your voice
Coz the sound in my head the sound in my head
Is yelling at me that the person in front of me
So b-e-autiful

And hope someday, you'll gonna stay
With me walk together in this way
But no no waay
Until today..
I am not yours, still not yours..
But someday I will be yours..

-for you..

Wednesday, August 13, 2014

Arti 'Shilla Dipo' Bagi Shilla Dipo

Hai! Dulu saya pernah membuat blog tentang mahluk gaib, astral, dan sejenisnya. Iya, saya dikasih sedikit anugrah untuk melihat mahluk kasat mata (walau kadang saya anggap ini sebagai musibah). Tapi saya mau meninggalkan sisi kelam itu. Sepertinya cerita seram lebih baik diceritakan lewat lisan daripada tulisan. Okay, di tulisan pertama ini, saya nggak mau membahas sesuatu yang serius (mungkin isi blog saya nantinya pun nggak pernah serius). Saya mau membahas tentang arti 'Shilla Dipo' buat saya. Nggak penting, kan? But this is my blog, anyway. LOL!

Hari ini saya pergi ke kantor, seperti hari hari sebelumnya. Dengan stripes shirt berwarna pink dan celana bahan berwarna coklat. Entah nyambung atau nggak, tapi mereka bertengger manis di lemari bawah yang membuat saya menabrakkan warna mereka di tubuh saya. Saya malas kalay harus ke lantai 2 untuk meencari baju. Toh, saya bukan orang yang terlalu memerhatikan outlook. Saya rasa nggak ada yang salah dengan pink dan coklat. Hmm, chocolate strawberry is good, isn't it? Dengan mengendarai vespa eksklusive tahun 2001, saya menuju kantor.

Nggak ada yang istimewa di hari ini, sampai saya iseng mencari nama saya di Google. Saya ketik 'Shilla Dipo' di kolom pencarian. Berhubung hari ini belum ada dateline yang memburu, saya jadi punya waktu untuk melakukan hal-hal iseng seperti itu. Okay, saya lanjutkan. Dan setelah saya mengetiknya, wow, semua hal tentang saya langsung muncul.


Semua tulisan saya di www.gadis.co.id (which is ini tempat gue bekerja, Majalah GADIS), ada semua. Yang bikin saya lebih senang, ternyata banyak blogger dan kaskuser yang repost tulisan saya. Mungkin karena baru satu tahun ini saya bekerja, makanya over exited dengan hal itu, ya. Tapi yang jelas, bukan masalah eksistensi yang saya suka dari situasi ini. Saya jadi sadar kalau kebaikan kecil yang saya share bisa diteruskan dan menjadi bacaan (semoga bermanfaat) bagi banyak orang. Yup, ada senyum di hari ini. Senyum setelah saya mengetik 'Shilla Dipo' di kotak pencarian google.

Ini bukan masalah narsis. Tapi motivasi. Entah di luar sana ada yang tahu, familiar, atau sekedar pernah dengar - mungkin nggak tahu sama sekali - tentang 'Shilla Dipo'. Tapi setidaknya ini menjadi motivasi diri untuk menjadi 'Shilla Dipo' yang lebih baik. Mungkin salah satunya dengan kasih info yang bermanfaat. Karena buat saya, we are what we write. Mungkin sebagian yang pernah membaca nama saya, mengiyakan bahwa 'Shilla Dipo' adalah penulis. Karena itu saya ingin menjadi dirinya. Berharap yang membaca berpikir kalau 'Shilla Dipo' adalah penulis yang baik. Karena saya ingin menjadi dirinya, Si Penulis Yang Baik.<br />
FYI, nama asli saya adalah Shindilla Ficca Sastriya. Shilla adalah nama panggilan saya dan Dipo adalah kependekan dari Dipodiputro, nama keluarga saya. Shilla memiliki arti 'rantai kasih sayang' dan saya sangat berharap untuk menjadi 'Shilla' dalam semua hal.

Begitu lah saya mengartikan 'Shilla Dipo'. Sekali lagi, ini bukan narsis. Tapi saya ingin dalam kenyataan, saya menjadi orang yang dikenal sebagai 'Shilla Dipo'. Bukan sekedar Shilla Dipo. Agak membingungkan, ya. Tapi yang ingin saya sampaikan adalah lakukan kebaikan karena kita ingin melakukannya. Kadang tanpa disadari hal kecil itu ternyata berguna bagi orang lain.

Saya Shilla Dipo, ciao!