Anyway, lanjut pada rangkaian artikel dalam tema Passion VS Money. Kali ini, saya akan membahas salah seorang traveler yang pernah mencoba berbagai profesi, mulai dari pekerja, penyanyi, hingga kini menjadi travel blogger. Ia adalah Febrian. Ada yang mengenalnya? Dulu, lagunya sempat diputar di radio-radio. Saya masih ingat jelas bahwa single-nya yang berjudul Cinta Diam-Diam pernah menjadi lagu galau saya ketika masih berkuliah di Jatinangor. Daripada saya malah melanjutkan curhat saya, lebih baik saya berbagi inspirasi yang didapat saat berbincang dengan pria berwajah oriental ini.
Febrian
![]() |
Doc. Shilla Dipo |
First impression, Febrian terlihat humble, ceria, dan senyumnya manis (lol--tapi benar, kan?). Selama talkshow (baca part 1 di sini), ia banyak senyum sambil berkali-kali mengatakan, "Kita harus percaya diri!" Dari situ, saya bisa menilai bahwa keyakinan menjadi dasar utama langkah Febrian dalam memilih profesinya saat ini. Hasil analisis sok tahu saya sih, ia pernah ada di titik tidak yakin dalam menentukan profesi sebagai travel blogger.
Bagi saya, hidup dia ini enak banget. Bayangkan, ia mulai serius traveling sejak 2 tahun lalu, dan menceritakan perjalanannya melalu situs pribadinya, Ceritafebrian.com. Dari kegiatan tersebut, rupanya Febrian mendapat tanggapan positif dengan ajakan untuk membawakan program YouTube, Jurnal Indonesia Kaya. "Dari situ saya jadi tahu kalau saat berlibur, tak hanya pemandangan yang menjadi fokus utama, tapi juga kearifan lokal, kebudayaan, makanan, adat istiadat, hingga kondisi sosial di destinasi tersebut," ceritanya antusias.
Apa misinya dalam menjalan profesi yang didasari oleh passion ini? "Saya pengin banget pendidikan di Indonesia ini merata ke seluruh pelosok," katanya bersemangat, sementara saya mengangguk-angguk setuju. "Waktu itu saya lagi berenang di salah satu pantai di Kepulauan Moyo, Nusa Tenggara Barat. Setelah main sama mereka, saya sempatkan ngobrol dan menanyakan cita-cita mereka. Ada yang jawab mau jadi nelayan, petani, dan yang paling tinggi adalah pegawai Alf*mart. Memang sih, nggak ada yang salah tapi menurut saya, seharusnya mereka bisa punya cita-cita yang lebih tinggi. Ini disebabkan ketidaktahuan mereka untuk menjadi apa nantinya. Kalau saja anak-anak ini dapat pendidikan yang bagus, pasti cita-cita mereka akan tinggi," lanjutnya, membuat saya mengangguk semakin cepat, setuju banget sama apa yang Febrian sampaikan. "Apalagi mereka banyak makan hasil laut dan juga sayur. Mereka nggak kenal junk food. Seharusnya kualitas otak mereka bisa lebih pintar daripada anak-anak di kota besar," tutupnya, seiring dengan kepala saya yang lepas karena mengangguk terus (kiddin').
![]() |
Doc. Instagram/_febrian |
Jadi jelas, misi Febrian adalah menginformasikan melalui cerita dan tulisan kepada masyarakat luas tentang pariwisata, termasuk kondisi pendidikan di seluruh Indonesia agar banyak kesadaran dari masyarakat untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan. Selain itu, obrolan santai bersama para anak-anak di berbagai daerah juga menjadi cara Febrian untuk memberikan harapan bahwa cita-cita sudah selayaknya digantung setinggi langit agar mereka semakin semangat dalam mencapainya.
Meskipun ia sempat 'protes' dengan kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia, Febrian mengatakan bahwa ia senang karena sempat bertemu dengan Kapal Kalabia. Sudah familiar dengan nama ini? Kapal Kalabia adalah salah satu fasilitas dari Yayasan Kalabia Indonesia (YaKIN) yang memiliki misi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. "Kapal Kalabia ini berlayar ke berbagai daerah kecil (terutama Papua) untuk mengajarkan pentingnya ekosistem laut dan bahaya sampah. Fasilitas di dalam kapal juga bagus, ada perpustakaan hingga ruang mengajar. Kegiatan semacam ini nih, yang perlu terus dikembangkan di Indonesia," papar Febrian. Ia pun melanjutkan bahwa saat ini ia telah memiliki contact person dari Yayasan Kalabia Indonesia. "Saya sudah punya kontak mereka (Yayasan Kalibia Indonesia) dan sekarang lagi giat untuk cari pihak yang mau menjadi sponsor kegiatan mereka. Soalnya apa yang mereka lakukan ini sudah bagus banget. Sayang kan, kalau tidak maksimal karena pendanaan yang terbatas. Doain saja semuanya lancar," tuturnya.
Meskipun ia sempat 'protes' dengan kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia, Febrian mengatakan bahwa ia senang karena sempat bertemu dengan Kapal Kalabia. Sudah familiar dengan nama ini? Kapal Kalabia adalah salah satu fasilitas dari Yayasan Kalabia Indonesia (YaKIN) yang memiliki misi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. "Kapal Kalabia ini berlayar ke berbagai daerah kecil (terutama Papua) untuk mengajarkan pentingnya ekosistem laut dan bahaya sampah. Fasilitas di dalam kapal juga bagus, ada perpustakaan hingga ruang mengajar. Kegiatan semacam ini nih, yang perlu terus dikembangkan di Indonesia," papar Febrian. Ia pun melanjutkan bahwa saat ini ia telah memiliki contact person dari Yayasan Kalabia Indonesia. "Saya sudah punya kontak mereka (Yayasan Kalibia Indonesia) dan sekarang lagi giat untuk cari pihak yang mau menjadi sponsor kegiatan mereka. Soalnya apa yang mereka lakukan ini sudah bagus banget. Sayang kan, kalau tidak maksimal karena pendanaan yang terbatas. Doain saja semuanya lancar," tuturnya.
Hal yang saya petik dari apa yang dilakukan Febrian yang mengikuti passion-nya adalah, dengan melakukan apa yang kita cintai, selalu ada hal baik lainnya yang akan mengiringi. Awalnya ia hanya mengikuti kata hanti untuk traveling, dilanjutkan dengan timbulnya misi pendidikan yang menjadi cita-citanya. Sementara bagi yang bekerja tidak sesuai dengan passion-nya, jangankan memikirkan hal seperti itu, tugas yang diberikan atasan saja selalu dikeluhkan. Ya, kan?
Okay, sampai jumpa di bagian ketiga dari tulisan ini. Mungkin memang tulisan ini kayak nggak lengkap, alias menggantung. Namun, semua ini akan lebih jelas if you stay connected with me, at least until the last part of these articles--which is Part 4.
"Apapun sekarang bisa jadi lahan pekerjaan, asalkan kita mau serius, berdedikasi (dengan apa yang dijalankan), dan konsisten." - Febrian
Saya Shilla Dipo, ciao!
No comments:
Post a Comment